Bisnis.com, Jakarta - Industri manufaktur Indonesia kembali ekspansif pada awal 2017, terdorong oleh kenaikan permintaan dari dalam negeri.
Nikkei Indonesia Manufacturing Purchasing Manager Index naik dari level 49,0 pada Desember 2016 ke level 50,4 pada Januari 2017.
Indeks manufaktur kembali bergerak ke atas level 50 untuk pertama kalinya dalam lima bulan terakhir. Posisi di atas level 50 mengindikasikan peningkatan aktivitas bisnis di sektor industri pengolahan Indonesia.
Peningkatan aktivitas bisnis dipicu oleh order dari pasar dalam negeri yang meningkat pada Januari 2017 setelah terkontraksi pada tiga bulan terakhir tahun lalu. DI sisi lain, order dari luar negeri meneruskan tren kontraksi yang sudah berlangsung sejak Oktober 2016.
“Peningkatan aktivitas didorong oleh faktor domestik saat order ekspor lagi-lagi merosot. Ke depan, tren perdagangan masih penuh tantangan karena banyak ketidakpastian di perekonomian global,” kata Pollyna de Lima, ekonom IHS Markit.
Survei Markit pada manajer-manajer pembelian juga mengindikasikan kenaikan harga bahan baku pada Januari. Inflasi harga bahan baku tersebut merupakan yang paling tajam sejak November 2015.
Kenaikan harga bahan baku tersebut mendorong beberapa produsen meningkatkan harga barang jadi yang mereka jual. Indeks inflasi produk jadi Markit berada di level paling tinggi dalam 11 bulan terakhir.