Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

68 Ha Lahan Cabai di Kab. Bandung Diserang Hama

Sekitar 68 hektare lahan perkebunan cabai di wilayah Kabupaten Bandung diserang hama akibat anomali cuaca sepanjang 2016 membuat tanaman cabai memiliki kelembaban yang tinggi.
Petani menunjukkan cabai rawit yang rusak di Desa Montok, Larangan, Pamekasan, Jawa Timur, Jumat (6/1)./Antara
Petani menunjukkan cabai rawit yang rusak di Desa Montok, Larangan, Pamekasan, Jawa Timur, Jumat (6/1)./Antara

Bisnis.com, BANDUNG - Sekitar 68 hektare lahan perkebunan cabai di wilayah Kabupaten Bandung diserang hama akibat anomali cuaca sepanjang 2016 membuat tanaman cabai memiliki kelembaban yang tinggi.

Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian Kabupaten Bandung Jumhana mengungkapkan perkebunan cabai diserang hama jenis phytopthora, Spodoptera, Thrips, Antraknose dan Fusarium.

Selain itu, pihaknya pun mencatat ada 70 hektare lahan yang terancam jenis hama yang sama tetapi dalam kategori ringan. "Hampir seluruh tanaman cabai di Kabupaten Bandung memang diserang hama patek," katanya saat dihubungi wartawan, Jumat (13/1/2017).

Dia menyebutkan dari total lahan tanaman cabai mencapai 290 ha, di antaranya terdapat di Ciwidey 21 ha, Rancabali 40 ha, Pasirjambu 18 ha, Kertasari 60 ha, Paseh 4 ha, Rancaekek 7 ha. Cikancung 70 ha.

Adapun lahan yang terkena serangan Phytopthora di Rancabali seluas 2 ha dengan kategori ringan, Spodoptera di Cikancung terancam 10 ha, Thrips di Ciwidey 1 ha ringan dan terancam 3 ha, Pasirjambu 4 ha ringan serta terancam 5 ha.

Selanjutnya, di Pangalengan 16 ha ringan dan terancam 25 ha, Kertasari terancam 20 ha. Antraknose di pasirjambu 4 ha dan terancam 7 ha, Pangalengan 22 ha dan Rancaekek 4 ha, serta Fusarium di Paseh 4 ha dan Rancaekek 1 ha yang semuanya serangan kategori ringan.

Untuk mengatasinya, petani menyemprotkan pembasmi hama tetapi untuk penyelamatan terpaksa dipanen sebelum waktunya, karena untuk menyelamatkan dari serangan hama patek harus dicabut buahnya.

"Kalau sudah diserang Patek harus dicabut. Jangan sampai menular ke lain. Patek susah pengendaliannya. Itu membuat pasokan dan permintaan pincang sehingga harga naik," ungkapnya.

Ekonom Universitas Pasundan Acuviarta Kartabi menilai tradisi rutin berupa meroketnya harga cabai di negeri agraris ini seolah tak pernah mendapatkan perhatian serius dari para pemangku kebijakan.

Selain karena produksi terganggu akibat cuaca sepanjang 2016, meroketnya harga cabai juga akibat lemahnya koordinasi antara pemerintah dengan stakeholder terkait.

"Misalkan untuk konteks Cimahi pemerintah setempat melakukan kerja sama dengan daerah produksi cabai seperti Kabupaten Bandung dan Bandung Barat," katanya.

Dengan kejadian ini, pemerintah disarankan untuk melakukan inspeksi seluruh rantai pasok karena saat ini harga di tingkat petani, pengepul, pasar induk, pedagang hingga ke konsumen berbeda jauh.

"Jika petani mematok harga Rp60.000, maka di tingkat konsumen harga cabai bisa melambung mencapai Rp130.000 per kilogram. Saya kira ini yang jadi persoalan, harusnya pemerintah memIliki insturmen yang cepat juga dalam stabilisasi," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Herdi Ardia
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper