Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Properti 2017: Pengembang Perlu Siapkan 2 Skenario

Meskipun industri properti digadang-gadang akan mulai bangkit tahun depan, sejumlah kalangan menilai pengembang perlu tetap hati-hati dan tidak percaya diri berlebihan sambil mewaspadai gejolak perekonomian global dan domestik.

Bisnis.com, JAKARTA—Meskipun industri properti digadang-gadang akan mulai bangkit tahun depan, sejumlah kalangan menilai pengembang perlu tetap hati-hati dan tidak percaya diri berlebihan sambil mewaspadai gejolak perekonomian global dan domestik.

Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia (REI) Soelaeman Soemawinata mengatakan, dalam mempersiapkan strategi bisnis menghadapi 2017, setiap pengembang tetap harus menyiapkan dua skenario.

Pertama, skenario optimistik. Industri properti sudah menyentuh titik nadirnya tahun ini dan bersiap untuk mulai bergairah kembali tahun depan. Ditambah oleh sejumlah dukungan kebijakan pemerintah, pertumbuhan sektor properti boleh jadi akan melesat dengan cepat.

Beberapa program penting pemerintah yang sangat pro bisnis properti antara lain program pengampunan pajak, penyederhanaan perizinan, pemangkasan pajak peralihan, kepastian hukum kepemilikan properti oleh orang asing, pemangkasan pajak dana investasi realestat (DIRE), penurunan suku bunga acuan perbankan, penurunan rasio uang muka kredit properti dan pelonggaran kredit properti inden.

Soelaeman menilai, dengan semua trobosan kebijakan ini, besar harapan industri properti tahun depan akan jauh lebih baik pertumbuhannya dibandingkan dua tahun terakhir. Menurutnya, bila hanya mempertimbangkan faktor dukungan kebijakan domestik, tidak ada keraguan industri properti tahun depan akan melaju dengan mulus.

Meski begitu, Soelaeman belum dapat menilai sejauh mana industri properti tahun depan akan bertumbuh sebab hal tersebut erat terkait pula dengan kondisi perekonomian global.

“Suka atau tidak, sistem ekonomi kita sangat dipengaruhi oleh sistem ekonomi global karena sistem interdependensi. Dengan terpilihnya Donald Trump, Amerika tampaknya cenderung akan lebih memproteksi diri dalam perekonomiannya, terutama terkait kelanjutan kemitraan Trans Pasifik,” katanya kepada Bisnis, dikutip Jumat (23/12/2016).

Oleh karena itu, tuturnya, pengembang perlu menyiapkan skenario kedua, yakni konservatif. Artinya, pengembang tidak dapat terlalu bersemangat memanfaatkan momentum pengampunan pajak dan efektivitas berbagai kebijakan lain pemerintah dengan meluncurkan sebanyak mungkin produk tanpa perhitungan cermat.

Menurutnya, kebijakan perdagangan Amerika akan memiliki beragam efek bagi Indonesia , meskipun saat ini belum dapat dipastikan sejauh mana pengaruhnya. Walau pun pasar eksport Indonesia cukup beragam selain Amerika, kebijakan Amerika tetap berpotensi meredam laju pertumbuhan ekonomi tahun depan yang tentunya berefek pula pada penjualan properti.

“Tetapi saya kira kita tetap harus kerja keras, harus support usaha pemerintah untuk membangkitkan ekonomi karena pegembang itu pelaku pembangunan. Kita tidak saja bangun rumah, menciptakan lapangan kerja dan industri baru,” katanya.

CEO Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda mengatakan, saat ini merupakan momen untuk menjaga optimisme di pasar properti. Apalagi, secara kawasan pasar properti Indonesia merupakan yang paling seksi di Asia Pasifik sebab masih memiliki ruang pertumbuhan yang tinggi karena harga yang masih lebih terjangkau.

Ali mengatakan, mulai semester kedua tahun ini tanda-tanda pemulihan sudah terlihat. Menurutnya, secara normal siklus properti memang sudah saatnya untuk mulai meninggalkan titik terendah akibat kejenuhan pasar. Tahun depan, arus besar pasar properti adalah arus peningkatan, sebab pergerakan siklus yang normal ini ditopang pula oleh kebijakan pemerintah yang pro bisnis.

Hanya saja, tuturnya, gejolak politik akibat pemilihan kepala daerah tahun depan akan cukup menahan laju penjualan di beberapa daerah. Hal ini kemungkinan akan bertahan sepanjang semester pertama tahun depan.

“Siklus besarnya naik, tetapi gejolak kecil ini membuat pasar tertekan. Namun, saya optimis di semester kedua akan kencang ketika semua selesai, tax amnesty selesai, pilkada selesai, penyederhanaan izin selesai, beberapa infrastruktur juga selesai. Momen pertaruhan Indonesia itu di 2017,” katanya.

Ali mengatakan, di negara lain yang relatif lebih maju, siklus properti dan gejolak politik sudah relatif terpisah dan tidak saling mempengaruhi. Namun, di Indonesia kedua hal tersebut masih saling mempengaruhi. Oleh karena itu, faktor keamanan dan kepastian hukum merupakan dua hal yang harus dikawal agar industri properti tahun depan bertumbuh dengan baik.

Menurutnya, dengan semua kondisi yang ada, industri properti minimal dapat tumbuh 20% tahun depan.

Direktur Ciputra Group Artadinata Djangkar sependapat bahwa titik terendah bagi siklus properti telah terjadi pada Juni atau Juli tahun ini dan kini mulai meningkat. Namun, pasar properti tidak akan tiba-tiba melonjak pesat atau booming tahun depan.

“Menurut kami peningkatannya akan terjadi secara gradual, karena kita lihat perekonomian Indonesia walaupun arahnya baik tetapi tidak langsung lompat. Lalu, ada faktor di luar Indonesia yang masih ada ketidakpastian. Secara simple bisa dikatakan, 2017 lebih baik dari 2016, tetapi tidak melompat berlebihan,” katanya.

Menurutnya, daerah-daerah yang akan lebih dahulu menikmati lonjakan pertumbuhan adalah daerah-daerah di sekitar titik simpul transportasi umum.

Dua tahun terakhir, gaung pembangunan infrastrutktur transportasi seperti MRT, LRT, kereta cepat dan jalan tol sangat kuat sehingga cukup untuk membangkitkan sikap waspada masyarakat untuk memburu properti di sekitar titik simpul transportasi ini, di sekitar stasiun atau pintu tol.

Artadinata mengatakan, dua tahun lagi proyek-proyek tersebut sebagian besar sudah selesai sehingga pembangunan properti di sekitarnya sejak tahun depan akan sangat besar peluang pasarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper