Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat capaian inflasi pada April 2024 melandai, baik secara bulanan dan tahunan, di angka 0,25% (month-to-month/mtm) dan 3% (year-on-year/yoy).
Beberapa hari lalu, Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 25 bps ke posisi 6,25%, yang salah satunya bertujuan mengendalikan inflasi.
Plt. Kepada BPS Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan keputusan Bank Indonesia dari sisi moneter tersebut nyatanya belum terlihat karena baru dilakukan pada 24 April 2024.
“Karena Bank Indonesia baru menaikkan suku bunga acuan di akhir bulan April tentunya nanti kita lihat dampaknya di bulan-bulan berikutnya,” jelasnya dalam konferensi pers, Kamis (2/5/2024).
Bukan hanya untuk mengendalikan inflasi, keputusan Rapat Dewan Gubernur BI tersebut juga sebagai langkah untuk meredam ketidakstabilan nilai tukar.
Sementara berpengaruh atau tidaknya kenaikan suku bunga tersebut kepada Indeks Harga Konsumen (IHK), lanjutnya, baru akan terlihat kemungkinan pada Mei 2024.
Baca Juga
“Tentunya nanti kita lihat di dalam inflasi Mei 2024, apakah kenaikan suku bunga Bank Indonesia itu kemudian ditransmisikan ke dalam harga yang diterima oleh konsumen,” jelasnya.
Adapun, landainya inflasi pada April yang bertepatan dengan tingginya permintaan akan barang jasa untuk Lebaran atau Idulfitri akibat dorongan deflasi harga pangan.
Amalia menjelaskan komoditas seperti cabai merah, beras, telur ayam ras, dan cabai rawit memberikan andil deflasi pada April 2024, yang masing-masing sebesar 0,14% (mtm), 0,12%, 0,06%, dan 0,04%.
Bahkan jika dilihat secara historis, sepanjang periode Januari 2021 hingga Maret 2024, komoditas cabai merah dan beras mengalami deflasi terdalam pada April 2024.
Di sisi lain, secara tahun berjalan atau year-to-date (ytd), inflasi telah mencapai 1,19%. Sementara target pemerintah pada akhir tahun nanti sebesar 2,8%.