Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Aptrindo Optimistis Aplikasi Tak Gerus Pangsa Pasar

Pengusaha truk optimistis dengan maraknya ekspansi perusahaan-perusahaan aplikasi untuk jasa angkutan barang tidak akan mengurangi pertumbuhan bisnis.
Sejumlah truk antre menimbang di pintu masuk pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (5 Januari 2016). / Antara- Didik Suhartono
Sejumlah truk antre menimbang di pintu masuk pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (5 Januari 2016). / Antara- Didik Suhartono

Bisnis.com, JAKARTA – Pengusaha truk optimistis dengan maraknya ekspansi perusahaan-perusahaan aplikasi untuk jasa angkutan barang tidak akan mengurangi pertumbuhan bisnis.
 
Sugi Purnoto, Wakil Ketua Umum DPP Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) bidang Sarana dan Prasarana mengatakan pertumbuhan bisnis e-commerce selama 2016 ini memang mengembangkan banyak aplikasi masuk ke Indonesia.
 
“Meskipun begitu pasar kami tidak akan berkurang, karena angkutan barang berbasis aplikasi itu melayani B2C [business to customer] sementara kami adalah B2B [business to business],” tutur Sugi kepada Bisnis, Rabu (30/11).
 
Senada dengan Sugi, Wakil Ketua Umum Aptrindo bidang Distribusi dan Logistik, Kyatmaja Lookman juga menjelaskan bahwa pasar angkutan barang kini terbagi dua.

Pertama, B2C untuk layanan intracity menggunakan aplikasi. Kedua, B2B untuk layanan antar provinsi yang dikerjakan oleh anggota Aptrindo.
 
Kyatmaja juga menambahkan, ada beberapa kualifikasi dari perusahaan angkutan barang truk yang tidak dimiliki oleh perusahaan penyedia jasa angkutan barang berbasis aplikasi.
 
“Misalnya, dari segi asuransi dan jaminan atas barang. Perusahaan aplikasi tidak bisa memberikan asuransi kalau barang rusak atau hilang, dan juga tidak bisa mengikuti prosedur angkutan barang misalnya memiliki surat izin angkutan,” jelas Kyatmaja.
 
Dia mengemukakan, perbedaan mendasar lainnya jasa truk eksisting dengan jasa angkutan truk berbasis aplikasi adalah masalah sertifikasi sopir angkutan barang.

Semua sopir angkutan barang dari perusahaan truk yang tergabung dalam Aptrindo memiliki sertifikasi setelah melalui jalur seleksi dan training khusus sebagai sopir angkutan barang.
 
“Sertifikasi ini yang membuat layanan kami berbeda dengan layanan angkutan barang berbasis aplikasi, kalau kami menawarkan jaminan keamanan barang, keselamatan, biaya ganti rugi, hal-hal yang belum tentu dimiliki oleh layanan angkutan barang berbasis aplikasi,” terangnya.
 
Kyatmaja menegaskan, kehadiran aplikasi tidak bisa dibendung lagi. Oleh sebab itu pelaku usaha eksisting juga perlu menyamakan layanan dengan sejumlah jasa logistik dari pemain baru yang banyak menggunakan aplikasi.
 
Bisnis mencatat beberapa contoh jasa angkutan barang berbasis aplikasi dari luar negeri yang sudah berekspansi ke Indonesia misalnya Ninja Express dan Deliveree.

Keduanya sama-sama mengincar mitra pengemudi mobil van ataupun pick-up dan box truck untuk mengangkut angkutan barang intracity. Misalnya dalam konteks B2C, aplikasi bisa membantu pengiriman paket ataupun membantu mengangkut barang saat pindahan rumah.
 
Ada pula OpenPort perusahaan jasa angkutan barang berbasis aplikasi. Jasa aplikasi ini menggunakan truk dalam ukuran besar untuk mendistribusikan barang.

Open Port akan membantu mengurangi waktu penumpukkan barang di pelabuhan karena aplikasi ini menggiring truk terdekat datang ke area penumpukkan barang lebih cepat. Open Port mulai beroperasi di Indonesia secara resmi sebagai perusahaan terbuka sejak November 2015.
 
Selain itu ada pula etobee, sebuah aplikasi jasa angkutan berfungsi mengirimkan sejumlah barang yang dipesan konsumen e-commerce dalam waktu yang lebih cepat. Layanan etobee delivery ini juga menyediakan jasa angkutan barang berbasis pick-up dan box-truck.

Aplikasi etobee delivery juga menjadi partner beberapa platform e-commerce misalnya; Berrybenka, dan Blibli.com. Pada Maret lalu, etobee tengah menjajaki kerjasama dengan Lazada dan Zalora.
 
Kyatmaja mengakui satu-satunya kekhawatiran anggota Aptrindo di tengah era e-commerce saat ini adalah ketika perusahaan pemilik barang membangun sendiri divisi pengiriman barang.

Dengan demikian, relasi bisnis B2B yang dilakoni oleh anggota Aptrindo dengan pemilik barang akan berkurang.
 
“Kalau ada e-commerce konsolidator ini bisa membuat tingkat keterisian truk berkurang karena mereka [perusahaan e-commerce] sudah memiliki sendiri layanan truk mereka,” ujar Kyatmaja.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper