Bisnis.com, JAKARTA – Grab Holding Ltd. memprediksi pertumbuhan pendapatan yang lebih lambat pada tahun depan lantaran perseroan menyesuaikan diri dengan penurunan pasar dan berupaya mengubah rugi menjadi laba.
Grab memaparkan target kenaikan pendapatan 45 persen hingga 55 persen pada tahun depan dalam acara Investor Day, sementara rata-rata analis memproyeksikan pertumbuhan pendapatan Grab sekitar 84 persen untuk 2023. Perusahaan yang didukung oleh SoftBank Group Corp ini juga mengejar titik impas atau break even point (BEP) pada semester II/2024 secara bersyarat.
Melansir Bloomberg, Selasa (27/9/2022), Grab yang dianggap sebagai salah satu perusahaan transportasi paling maju di Asia Tenggara beberapa tahun kebelakang mengalami kejatuhan saham lebih dari 70 persen. Sebab, perusahaan mengalami kerugian dan pasar saham tengah memburuk.
Sebelumnya, Grab dengan SoftBank Jepang dan Uber Technologies Inc sebagai dua pemegang saham terbesar, menempuh go public di Bursa AS tahun lalu, dengan bergabung bersama SPAC Altimeter Capital Management dalam kesepakatan senilai US$40 miliar.
Namun, kini kapitalisasi pasar Grab telah turun menjadi US$10,8 miliar pada penutupan perdagangan terakhir.
Perusahaan mulai fokus pada bisnis ride-hailing dan bersaing secara efektif melawan kompetitornya, Uber. Perusahaan asal Amerika Serikat (AS) itu akhirnya menjual Grab bisnisnya di Asia Tenggara dengan imbalan saham saingannya di Singapura.
Baca Juga
Grab kemudian meluncurkan kampanye ambisius dan mahal untuk berekspansi ke bisnis yang berdekatan, termasuk pengiriman makanan dan keuangan. Kampanye ini juga menambahkan layanan mulai dari pemesanan hotel, layanan kesehatan, hadiah dan pengalaman hiburan ke aplikasinya.
Visi Tan untuk menciptakan apa yang disebut superapp untuk Asia Tenggara terbilang agresif, tetapi menyebabkan kerugian besar. Grab tercatat merugi US$3,4 miliar pada 2021 dan telah menumpuk kerugian hampir US$1 miliar dalam dua kuartal pertama tahun ini.
Chief Operating Officer Alex Hungate mengungkapkan Grab sekarang memiliki strategi yang lebih pasti, menguraikan upaya untuk memperkuat perusahaan platform on-demand terbesar dan paling efisien di Asia Tenggara yang memungkinkan perdagangan dan mobilitas lokal.
"Ini mendefinisikan strategi kami dengan cara yang lebih fokus daripada yang pernah kami definisikan sebelumnya," jelasnya.