Bisnis.com, MEDAN - Otoritas Pelabuhan Belawan segera melakukan integrasi sistem informasi Inaportnet dengan instansi terkait seperti PT Pelabuhan Indonesia I dan Syahbandar Utama Belawan. Adapun, hingga saat ini kendati sudah berjalan sejak 1 Juli 2016, belum terjadi kesesuaian data dengan berbagai sistem lainnya.
Kepala Otoritas Pelabuhan Belawan Haekal Dahlan mengklaim saat ini implementasi Inaportnet telah berjalan cukup baik, bahkan berhasil memangkas waktu kedatangan kapal, pendaftaran, sandar, hingga kapal kembali berlayar.
“Kami terus berupaya meningkatkan kualitas Inaportnet. Ada dua sisi, yakni pengguna jasa dengan internal kami. Hambatan di pengguna jasa adalah masih minimnya pemahaman. Sementara itu, secara internal, sistem ini belum terintegrasi, yang paling penting dengan Isport milik Pelindo I sebagai BUP [Badan Usaha Pelabuhan],” tutur Haekal, Jumat (25/11/2016).
Dia menjelaskan para pengguna jasa Inaportnet saat ini masih harus memasukkan kelengkapan dokumen dua kali, yakni Inaport dan Isport. Ke depan, ini akan dipersingkat menjadi hanya satu kali melalui Inaport. Selain itu, masih ada ketidaksesuaian kode pelabuhan dan dermaga.
“Kami akan bahas dengan Pelindo I dalam waktu dekat. Ini memang harus ada target waktu integrasinya. Selain itu, untuk meminimalisasi hambatan lain kami juga sudah buka posko, call center, dan grup Whatsapp khusus bagi pengguna jasa,” tambah Haekal.
Selain integrasi, Inaportnet juga masih harus disempurnakan. Beberapa layanan, rinci Haekal, belum terakomodasi, seperti pembatalan layanan, layanan bunker, pergantian agen pelayaran bongkar muat, hingga pengawasan PNBP. Kendati demikian, saat ini seluruh kapal yang bersandar di Belawan sudah menggunakan sistem ini.
Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan Sugihardjo menilai implementasi Inaportnet di Pelabuhan Belawan saat ini menjadi yang terbaik di antara empat pelabuhan utama, yakni di Makassar, Tanjung Perak, dan Tanjung Priuk. Integrasi Inaportnet memang masih menjadi masalah, bahkan juga dialami di ketiga pelabuhan lainnya.
“Pelabuhan lain belum semulus Belawan. Sistem ini akan terus kami sempurnakan. Integrasi akan kami dorong juga dari pusat. Kami akan rapatkan dengan Kementerian BUMN, termasuk Pelindo I, II, III dan IV. Tapi untuk sementara memang harus ada penyelesaian hambatan yang ada. Misalnya, jika sistem down selama 3 jam, harus sudah kembali menggunakan manual,” kata Sugihardjo.
Dia juga menyarankan agar Pelindo I menempatkan personelnya sementara di Otoritas Pelabuhan Belawan, agar data di antara kedua sistem sesuai. Ke depan, tak hanya integrasi dengan Pelindo I dan Syahbandar, tapi juga sistem VTS (Vessel Traffic Service).
Berdasarkan data Otoritas Pelabuhan Belawan, jumlah sandar kapal tertinggi sejak Inaportnet diterapkan yakni pada Oktober 2016 324 kapal. Pada bulan ini hingga 23 November 2016, jumlah kapal mencapai 258.
Pengguna sistem Inaportnet Belawan yakni 58 perusahaan pelayaran, 48 perusahaan jasa transportasi, dan 53 perusahaan bongkar muat. Total PNBP hingga Oktober 2016 mencapai Rp2,13 miliar.