Bisnis.com, PADANG— Kinerja ekspor Sumatra Barat di bulan Oktober 2016 mengalami penurunan sebesar 6,09% dari periode yang sama tahun sebelumnya, atau hanya mencapai US$148,2 juta.
Pencapaian itu juga turun 7,99% dari bulan sebelumnya yang masih tercatat US$161 juta. Masih rendahnya harga komoditas sawit dan karet menjadi penyebab kian terpuruknya nilai ekspor daerah itu.
“Ekspor Sumbar ini seluruhnya berasal dari sektor nonmigas. Yang paling mempengaruhi itu ya golongan barang lemak dan minyak hewani/nabati atau CPO,” kata Dody Herlando, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumbar, Selasa (15/11/2016).
Menurutnya, sepanjang periode Oktober, golongan barang (cruid palm oil/CPO) mengalami penurunan 11,03% dari periode yang sama tahun sebelumnya dan terkoreksi 17,07% dari bulan sebelumnya.
Begitu juga secara komulatif sepanjang tahun ini nilai ekspor turun 10,45% dari US$1,03 miliar menjadi hanya US$928 juta. Padahal, kontribusi komoditas itu terhadap ekspor Sumbar mencapai 70%.
Selain CPO, penurunan juga terjadi untuk komiditas karet yang turun sebesar 8,40% dari US$313 juta menjadi US$286,7 juta. Sektor itu berkontribusi 21,25% terhadap ekspor Sumbar.
Sektor lainnya yang mengalami kontraksi a.l ampas dan sisa industri makanan sebesar 17,95%, kopi, teh, dan rempah-rempah sebesar 17,65%, bahan bakar mineral 5,12%, garam, belerang dan kapur 13,70%, dan berbagai makanan olahan 27,57%.
Adapun, untuk tahun ini angka ekspor Sumbar tertinggi tercatat pada bulan September sebesar US$161 juta, dan kembali turun, setelah bulan-bulan sebelumnya menunjukan tren penurunan.
Sementara itu, negara tujuan ekspor Sumbar masih India sebesar 37,83% dari total ekspor. Disusul kemudian ke Amerika Serikat dengan porsi 20,41%, Singapura 11,77%, China sebesar 2,37%, Belanda 2,87%, Spanyol 2,87%, dan negara lainnya Malaysia, Myanmar, Bangladesh dan Inggris.
Sebelumnya, Kabid Neraca Wilayah dan Analisis Statistik BPS Sumbar Hefinanur menyebutkan dari sisi pengeluaran ekspor luar negeri minus 0,81% terhadap pertumbuhan ekonomi Sumbar di kuartal ketiga yang hanya 4,82%.
Selain itu, penurunan juga terjadi dari pengeluaran pemerintah akibat efisiensi dan pengetatan anggaran sebesar 1,78%. Namun, dari sisi produksi anjloknya sektor pertanian sebesar 1,09% menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi daerah itu.
“Selama triwulan III itu, untuk pertanian memang menurun produksinya, terutama padi sampai turun 5%, karena disebabkan cuaca ekstrem. Padahal sektor pertanian ini kontribusinya sampai 24% terhadap PDRB,” katanya.
menyebutkan dari sisi pengeluaran ekspor luar negeri minus 0,81% terhadap pertumbuhan ekonomi Sumbar di kuartal ketiga yang hanya 4,82%.
Selain itu, penurunan juga terjadi dari pengeluaran pemerintah akibat efisiensi dan pengetatan anggaran sebesar 1,78%. Namun, dari sisi produksi anjloknya sektor pertanian sebesar 1,09% menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi daerah itu.
“Selama triwulan III itu, untuk pertanian memang menurun produksinya, terutama padi sampai turun 5%, karena disebabkan cuaca ekstrem. Padahal sektor pertanian ini kontribusinya sampai 24% terhadap PDRB,” katanya.