Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pebisnis Hulu Migas Masih Kencangkan Ikat Pinggang

Sejak harga minyak turun pada pertengahan 2014, dan menyentuh titik terendah di awal 2016 yakni US$20 hingga US$30 per barel, sejumlah pelaku usaha menyiapkan opsi bertahan di kondisi sulit.
Blok Mahakam/Ilustrasi-Bisnis
Blok Mahakam/Ilustrasi-Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA--Beberapa tahun belakangan bukan masa yang sulit bagi pelaku usaha hulu minyak dan gas bumi.

Sejak harga minyak turun pada pertengahan 2014, dan menyentuh titik terendah di awal 2016 yakni US$20 hingga US$30 per barel, sejumlah pelaku usaha menyiapkan opsi bertahan di kondisi sulit.

Analis Hulu Migas WoodMackenzie, Johan Utama mengatakan kondisi harga minyak masih berada di sekitar US$50 per barel.
Dengan kondisi harga yang masih rendah, katanya, pelaku usaha meneruskan upaya efisiensi biaya yang telah dilakukan sejak dua tahun silam.

Sebagai dampak efisiensi ini, hanya proyek-proyek dengan portofolio terbaik yang dipertahankan.

"Harga minyak Brent diharapkan berada di kisaran US$50 per barel pada 2017. Mayoritas pelaku usaha hulu telah beradaptasi di masa harga minyak rendah sejak dua tahun silam dan bila harga tetap rendah, kontraktor akan melanjutkan upaya efisiensi," ujarnya  saat dihubungi Bisnis, Senin (24/10).

Menurutnya, proyek-proyek dengan pengembangan skala kecil, berlokasi dekat dengan infrastruktur, atau fokus pada brown field--lapangan yang telah dikembangkan daripada green field--lapangan baru, untuk menjaga biaya operasi dan investasi.

Penundaan pengembangan proyek, ujar Johan, pun akan menjadi pilihan seperti yang akan terjadi pada pengembangan Lapangan Ande-Ande Lumut yang dioperatori Santos.

Kendati demikian, pada lapangan dan sumur tua tetap dibutuhkan upaya lebih untuk mempertahankan produksi.

Pasalnya, biaya perawatan pun memakan proporsi yang besar dan langkah efisiensi akan berakibat pada pengurangan kegiatan.
Dengan demikian, upaya untuk mencapai target produksi siap jual atau lifting minyak dan gas bumi semakin sulit.

Seperti diketahui, pada Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2017 ditetapkan target lifting minyak sebesar 815.000 barel per hari (bph) dan gas 1,115 juta barel setara minyak per hari (million barrel oil equivalent per day/mboepd).

"Secara umum, akan semakin sulit untuk mencapai target lifting pemerintah," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper