Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Minyak Turun, Pelayaran Offshore Mati Suri

Akibat sepinya kegiatan minyak dan gas lepas pantai di Indonesia, sebanyak 50% kapal pendukung industri ini terpaksa lego jangkar selama berbulan-bulan.
Bisnis.com, JAKARTA--Akibat sepinya kegiatan minyak dan gas lepas pantai di Indonesia, sebanyak 50% kapal pendukung industri ini terpaksa lego jangkar selama berbulan-bulan. 
 
Eddy K. Logam, Presiden Director PT Logindo Sukses Makmur, mengatakan sekitar 60% dari total 59 armadanya milik perusahaan terpaksa berhenti beroperasi sejak sepinya kegiatan lepas pantai di dalam negeri. 
 
"Sudah utilisasi turun 50%, harga sewa atau angkut juga turun 50%," ungkapnya, Kamis (6/10). 
 
Padahal, dia menambahkan perusahaan telah mengelontorkan investasi sekitar Rp3 triliun untuk pengadaan kapal. Tidak hanya itu, sekitar 200 kru dari 700 kru kapal perusahaan terpaksa dirumahkan. Langkah ini harus diambil karena perusahaan harus menekan biaya ketika sepi order. 
 
Menurutnya, sepinya kegiatan minyak dan gas (migas) di lepas pantai dalam negeri disebabkan oleh turunnya harga minyak yang mencapai kisaran US$40 per barel. Alhasil, semua pemain di industri migas dalam negeri lebih memilih untuk melakukan impor ketimbang mencari cadangan baru.  
 
Kondisi serupa juga dirasakan oleh beberapa perusahaan yang menyediakan jasa angkutan lepas pantai. Nova Y. Mugijanto, Managing Director PT Pan Maritime Wira Prawitra, mengeluhkan tingkat utilisasi kapal yang turun sekitar 30%-40%. 
 
Sejak lima tahun lalu sejak asas cabotage di angkutan offshore mulai bangkit, dia menuturkan banyak perusahaan yang mengadakan kapal baru untuk kegiatan migas di dalam negeri. Kebanyakan perusahaan melakukan pengadaan kapal dengan mengunakan dana perbankan melalui skema pinjaman.
 
"Baru pada utang, belum lunas. Dampaknya bisa ke perbankan juga," keluhnya. Dengan sangat terpaksa, dia mengatakan banyak pengusaha yang memohon untuk reschedule utangnya kepada bank. 
 
Pengusaha melakukan investasi besar-besaran beberapa tahun lalu karena berharap penuh proyek migas seperti Masela, Indonesia Deepwater Development (IDD), Tangguh bisa berjalan. Kenyataannya, lanjutnya, kegiatan eksplorasi atau eksploitasi pada tahun ini sangat sepi.

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hadijah Alaydrus
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper