Bisnis.com, JAKARTA -- Kendati izin impor daging tahun ini terus digelontorkan, harga komoditas itu di Tanah Air tetap tinggi. Pemerintah menyebut hal itu disebabkan oleh realisasi impor yang relarif rendah.
Asisten Deputi Peternakan dan Perikanan, Kemenko Perekonomian Jafi Alzagladi menyampaikan perluasan keran impor daging dilakukan untuk menekan harga ke level Rp80.000 dari rata-rata saat ini yang mencapai Rp120.000 per kilogram.
“Tidak ada realisasnya (perusahaan yang sudah mendapatkan izin impor), data dari Kemendag itu hanya realisasi 40%-nya tapi perlu dicek lagi angka ini. Tapi kekurangan daging tetap kita perhitungkan dari produksi dalam negeri,” jelas Jafi di Jakarta, Rabu (21/9/2016).
Ketua Asosiasi Importir Daging Indonesia (Aspidi) Thomas Sembiring menyampaikan realisasi impor yang rendah terutama disebabkan harga daging di negara asal yaitu Australia dan Selandia Baru memang sedang mahal.
Thomas menyebut kedua negara tersebut mengekspor hampir 70% dagingnya ke Amerika Serikat, Jepang, dan Korea Selatan dan angka pembelian ketiga negara ini sedang tinggi sehingga mengerek harga daging di Australia dan Selandia Baru.
“Nah kalau mereka [AS, Jepang, Korsel] sedang beli, importir kita menunggu dulu sampai harganya agak turun. Indonesia itu pembeli terbesar kelima, yang kita beli tidak sebanyak yang diekspor ke tiga negara itu,” ujar Thomas pada Bisnis.
Selain itu, dia menggarisbawahi Australia yang dalam 3 tahun terakhir melakukan ekspor besar-besaran ke tiga negara tujuan utama sehingga saat inis tok mereka menipis. Cuaca saat ini pun menjadi sebab tingginya harga daging di Negeri Kanguru