Bisnis.com, JAKARTA - PT KAI Commuter Jabodetabek meyakini return of investment pembelian 60 unit kereta rel listrik dari Tokyo Metro Jepang pada tahun ini akan kurang dari 10 tahun.
Direktur Utama PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) Muhammad Nurul Fadhila mengatakan, pada tahun ini perusahaan melakukan pembelian 60 unit Kereta Rel Listrik (KRL) dengan nilai sekitar Rp1 miliar per kereta sampai di Indonesia.
Oleh karena itu, perusahaan mengeluarkan biaya sekitar Rp60 miliar untuk mendatangkan 60 unit KRL dari Negeri Sakura. Dari total pembelian tersebut, perusahaan baru mendatangkan 30 unit. Sementara itu, sisa 30 unit lainnya akan datang pada November 2016.
“Kalau belinya sudah murah gak terlalu lama. Ya di bawah 10 tahun [Return of investment 60 kereta],” kata Fadhila, Rabu (10/8/2016).
Dia menambahkan jumlah dana yang dikeluarkan tersebut jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan membeli kereta baru. Perusahaan, imbuhnya, harus merogoh kocek sekitar Rp14 miliar per kereta, dengan nilai rupiah sekiar Rp12.500 per dolar Amerika Serikat, jika membeli kereta baru.
Perusahaan memilih membeli kereta bekas karena besaran tarif KRL Jabodetabek yang berlaku saat ini. Dia mengungkapkan, perusahaan bisa saja memberi kereta baru dengan standar yang ada saat ini. Namun, tarif KRL harus dinaikan. “Cara nyicilnya bagaimana bayar kereta itu [baru],” kata Fadhila.
Meskipun kereta tersebut bekas, dia menjelaskan, pihaknya telah memperbaharui komponennya. Oleh karena itu, komponen kereta bekas tersebut sebesar 90% adalah komponen baru.
Tidak hanya itu, perusahaan juga menjalin kerja sama dengan pihak Jepang terkait perawatan dan pengadaan suku cadang. Dia mengungkapkan, perusahaan menginginkan cara perawatan dan suku cadang yang sama.
Oleh karena itu, masa pakai kereta bekas tersebut bisa mencapai sekitar 20-30 tahun lagi karena memiliki standar yang sama.
Sebelumnya, VP Corporate Communication PT KCJ Eva Chairunisa mengatakan, 30 unit kereta rel listrik yang telah datang nantinya akan beroperasi dengan formasi 10 kereta atau sesuai dengan formasi awal ketika digunakan di Jepang.