Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perhubungan menyebutkan tarif Kereta Cepat Jakarta--Bandung (KCJB) akan dievaluasi setiap tahunnya. Sebagai langkah awal, ongkosnya dipatok US$16 atau berkisar Rp228.224 sekali jalan.
Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Zulfikri menuturkan kereta tersebut direncanakan beroperasi pada 2021 dengan konsesi 50 tahun, terhitung sejak mulai beroperasinya kereta tersebut.
"[Harga tiket US$16] itu berdasarkan hitungan feasibility study-nya dulu segitu. Kami lihat lagi, itu kan yang kami sepakati dulu, masuk dalam konsesi," terangnya Selasa (19/6/2019).
Dia menjamin setiap tahunnya akan adae evaluasi harga tarif ketika kereta cepat ini sudah beroperasi. Dia juga memastikan belum ada kajian tertentu mengenai besaran tarif ini dapat dikatakan bersaing dengan negara lain yang menerapkan kereta cepat atau tidak.
Berdasarkan pantauan Bisnis, harga tiket tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan tarif kereta api Argo Parahyangan yang berangkat dari Stasiun Gambir ke Stasiun Bandung. Gerbong ekonomi harga tiketnya Rp110.000, sementara eksekutif Rp150.000.
Namun, harga tiket kereta cepat ini lebih murah dibandingkan dengan kereta Argo Parahyangan Priority yang mencapai Rp290.000 per tiketnya. Meski demikian, dari sisi waktu, KCJB akan lebih singkat karena bisa menempuh waktu 30 menit--40 Menit sedangkan Argo Parahyangan mencapai 3 jam 14 menit.
Dia juga menegaskan tidak akan ada perubahan biaya tiket dalam waktu dekat dan harga tiket pun tidak akan disubsidi oleh pemerintah. "Oh tidak ada [subsidi], itu investasi full. Pemerintah tidak ada ikut sama sekali, termasuk lahan pun mereka," tuturnya.
Dia menerangkan, setelah 50 tahun masa konsensi berakhir, kereta tersebut akan diambil alih oleh pemerintah. "Yang penting dia bisa beoperasi," imbuhnya.
Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), Chandra Dwiputra menuturkan, berdasarakan hasil studi kelayakan. nilai yang feasible untuk tiket Kereta Cepat Jakarta Bandung mulai dari kisaran US$16.
"Namun tentu saja secara resminya, penetapan tarif akan ditentukan kemudian setelah kajian komprehensif ketika KCJB akan mulai beroperasi dengan memperhatikan berbagai aspek keekonomian. daya beli masyarakat di tahun 2021 dan juga setelah ada persetujuan dari regulator," terangnya.
Pada masa mendatang, kereta cepat menjadi salah satu alternatif bagi masyarakat dalam memilih moda transponasi massal untuk bermobilisasi dari dan ke Jakarta, Bandung, serta wilayah lain sekitarnya yang dilewati jalur Kereta Cepat.
Hal ini berpotensi menciptakan peluang baru bertumbuhnya transportasi pendukung antardaerah dari dan ke stasiun kereta cepat.
Hadir sebagai yang pertama di Asia Tenggara, KCJB disebut sebagai merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional pemerintah yang turut memberikan transformasi teknologi.
Pembangunan KCJB dinilainya merupakan peluang mengingat proses transfer teknologi pembangunan, pengembangan dan pengelolaan kereta cepat berasal dari China kepada Indonesia.
"Dengan demikian, di kemudian hari, diharapkan Indonesia mampu membuat dan mengembangkan kereta cepat secara mandiri untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri," terangnya.
KCJB akan menggunakan kereta cepat generasi terbaru, CR400AF, yang merupakan hasil pengembangan tipe CRH380A oleh CRRC Qingdao.
CR400AF memiliki lebar 3,36 m dan tinggi 4,05 m dengan panjang kepala kereta 27,2 m dan intermediate kereta 25 m. Dengan kata lain CR400AF memiliki dimensi lebih besar dari tipe sebelumnya. Selain lebih andal, seri ini memiliki masa penggunaan lebih lama hingga lebih dari 30 tahun sejak tahun produksi serta biaya perawatan yang lebih rendah.
Berbeda dengan tipe sebelumnya, CR400AF didesain untuk beroperasi di empat iklim salah satunya di iklim tropis dengan kondisi suhu dan kelembaban tinggi seperti di Indonesia.
Satu rangkaian kereta CR4OOAF terdiri atas 8 gerbong (cars) dengan komposisi empat cars bermotor dan empat cars tanpa motor. Dengan komposisi ini memungkinkan kereta CR4OOAF memiliki kecepatan desain hingga 420km/jam dan kecepatan operasional 350 km/jam.
Meskipun kecepatan tinggi, dari sisi kenyamanan CR4OOAF memiliki cabin noise yang lebih rendah sehingga mampu meredam getaran dan suara di dalam kereta dengan lebih optimal.
Dengan kecepatan tinggi tersebut, CR4OOAF Kereta Cepat Indonesia akan menempuh jarak 142,3 Km Jakarta-Bandung hanya dalam waktu 36 menit untuk perjalanan langsung, hingga 46 menit dengan kondisi perjalanan berhenti di setiap stasiun.
Nantinya, di sepanjang trase Kereta Cepat Jakarta Bandung akan terdapat empat stasiun pemberhentian yakni di Halim Perdana Kusuma, Karawang, Walini dan Tegalluar.