Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kapal Ikan Indonesia Tak Beropreasi Ke Laut Sulu

Kapal penangkap ikan dari Indonesia tidak sampai ke kawasan perairan di sekitar Laut Sulu yang merupakan daerah yang rawan terjadinya penyanderaan di wilayah Filipina, kata Ketua Umum Gabungan Pengusaha Perikanan Indonesia (Gappindo), Herwindo.
Sejumlah kapal nelayan bersandar di Pelabuhan Muara Angke, Jakarta, Jumat (29/5). /rmt-Bisnis.com
Sejumlah kapal nelayan bersandar di Pelabuhan Muara Angke, Jakarta, Jumat (29/5). /rmt-Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA -  Kapal penangkap ikan dari Indonesia tidak sampai ke kawasan perairan di sekitar Laut Sulu yang merupakan daerah yang rawan terjadinya penyanderaan di wilayah Filipina, kata Ketua Umum Gabungan Pengusaha Perikanan Indonesia (Gappindo), Herwindo.

"(Kapal pencari ikan Indonesia) tidak sampai ke sana cari ikannya," kata Herwindo di Jakarta, Rabu (3/8/2016).

Menurut Herwindo, kapal penangkap ikan milik pengusaha Indonesia biasanya mencari ikannya lebih ke kawasan Indonesia yang ada di bagian timur.

Kawasan perairan yang biasanya menjadi lokasi sasaran kapal ikan, ujar dia, antara lain di atas Morotai, Maluku Utara, sampai ke lautan di atas Papua.

"Ikan yang ada di sana cakalang, tuna, tongkol," katanya.

Ia berpendapat bahwa kapal yang lewat perairan dekat Sulu itu adalah kapal-kapal dagang yang mau ke kawasan Filipina selatan.

Sementara itu, Anggota Komisi I DPR, Charles Honoris mengatakan sampai saat ini krisis center penanganan sandera masih terus melakukan komunikasi dan koordinasi dalam upaya membebaskan tujuh warga negara Indonesia (WNI) yang disandera di wilayah Filipina.

"Sampai saat ini cukup baik (komunikasi dari krisis center), makanya kita dari anggota DPR hadir melakukan pendampingan kepada keluarga korban ke Kementerian Luar Negeri Direktorat Perlindungan Warga Negara Indonesia (Ditjen PWNI)," kata Charles di Gedung Nusantara III, Jakarta, Senin (1/8).

Dia menjelaskan upaya itu dilakukan agar keluarga korban bisa berkomunikasi lebih intens lagi, tentunya mengenai bagaimana kondisi korban yang disandera di Filipina oleh kelompok Abu Sayyaf.

Sebagaimana diberitakan, Pemerintah Indonesia akan memastikan perusahaan pemilik kapal "Tugboat Charles" yang tujuh awaknya disandera kelompok bersenjata di selatan Filipina untuk membayar kompensasi berupa santunan keuangan kepada pihak keluarga.

"Sudah dibayarkan, seperti santunan untuk Lebaran kemarin, memberikan gaji, santunan duka, tiap bulan sudah diberikan," kata Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonenesi (PWNI-BHI) Kementerian Luar Negeri Lalu Muhammad Iqbal di Jakarta, Senin (1/8).

Pernyataan tersebut disampaikan Iqbal usai pertemuan empat pihak antara PWNI-BHI, lima anggota keluarga sandera, anggota Komisi I DPR, dan perusahaan pemilik kapal PT Rusiantara Bersaudara di Gedung PWNI-BHI Kemlu.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan pihaknya telah menghubungi pemerintah Filipina pada Minggu untuk memantau kondisi sejumlah WNI yang disandera kelompok separatis pimpinan Abu Sayyaf di Filipina selatan.

"Komunikasi terus dilakukan untuk memantau dan membebaskan sandera kita," kata Retno Marsudi.

Kementerian Luar Negeri juga terus berkomunikasi dengan keluarga para sandera untuk menginformasikan keadaan mereka. Menlu menjelaskan menurut keterangan yang diperoleh, para sandera berada dalam kondisi sehat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Martin Sihombing
Sumber : ANTARA
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper