Bisnis.com, Jakarta - Permasalahan bahan baku dan perlambatan ekonomi di negara tujuan ekspor membuat tajam ekspor produk industri makanan Indonesia turun tajam di kuartal I/2016.
Data Badan Pusat Statistik yang diolah Kementerian Perindustrian menunjukkan nilai ekspor produk industri makanan merosot 11,51% dari US$6,46 miliar pada Januari—Maret 2015 menjadi US$5,72 miliar pada Januari Maret 2016.
Ketua Asosiasi Roti, Biskuit, dan Mi Instan (Arobim) Sribugo Suratmo memperkirakan nilai ekspor produk industri makanan merosot karena kelesuan ekonomi di pasar tujuan ekspor utama yaitu, Timur Tengah dan Eropa Barat.
Kelesuan ekonomi di wilayah-wilayah tersebut membuat pesanan ke pabrik-pabrik makanan olahan di Tanah Air turun di awal 2016.
“Jika ekspor pasti pengaruhnya dari pesanan. Pesanan ekspor memang turun. Pada saat itu ada kesulitan ekonomi di negara tujuan ekspor. Timur Tengah dan Eropa Barat. Pasar Asean mungkin masih stabil,” kata Sribugo.
Dia menambahkan kinerja ekspor industri makanan di awal 2016 juga terganggu oleh berbagai permasalahan yang mengganggu ketersediaan bahan baku produksi dan kemasan.
Permasalahan utama dalam pasokan bahan baku adalah persyaratan soal impor pangan segar, yang baru terselesaikan pada 2–3 bulan terakhir. Adapun persediaan kemasan terganggu wacana cukai kemasan plastik yang dicetuskan pemerintah.
“Pada saat berbagai aturan itu muncul, produsen berhati-hati. Mereka pasti lebih baik tahan produksi dari pada buat tetapi bahan baku malah tidak ada,” kata Sribugo.
Industri makanan adalah salah satu industri eksportir terbesar Indonesia. Pada 2015, nilai ekspor industri makanan mencapai US$26,45 miliar atau sekitar 25% dari total ekspor produk industri senilai US$108,60 miliar.