Bisnis.com,JAKARTA--Dampak pelonggaran loan to value (LTV) di sektor properti oleh bank sentral hanya akan dirasakan oleh warga kelas menengah ke atas. Pasalnya hanya warga di kelas ini yang berani mengeluarkan uang lebih banyak untuk membeli properti.
Pengamat Ekonomi Eric Sugandi mengatakan pola konsumsi masyarakat di kelas ini lebih banyak untuk membeli barang non makanan.
"Masyarakat kelas atas share-nya lebih banyak untuk non makanan. Dibanding masyarakat kelas bawah yang porsi spending bahan makanannya masih dominan," katanya kepada Bisnis.com di Jakarta, Senin (13/6/2016).
Hal senada juga pernah diutarakan oleh Direktur PT Bank Tabungan Negara (persero) Tbk. (BTN) Iman Nugroho Soeko. Menurutnya, aturan tersebut hanya akan berdampak pada kredit rumah non subsidi di atas 70 meter persegi. Rumah di kelas ini hanya mampu dibeli oleh masyarakat kelas atas.
"Kalau untuk rumah yang lebih besar dan high end mungkin besar pengaruhnya," tukas Iman.
Iman menambahkan mayoritas KPR BTN untuk ukuran rumah di bawah 70 meter persegi dimana aturan tersebut tidak berlaku. Oleh karena itu pihaknya tidak berencana untuk mengubah Rencana Bisnis bank (RBB) di semester II tahun ini meskipun ada aturan tersebut.
PT Bank BRI Syariah juga berencana masuk di bisnis KPR segmen menengah. Rencana pelonggaran LTV diharapkan bisa jadi stimulus.
Direktur Bisnis UKM dan Komersial BRI Syariah Indra Praseno menyambut baik rencana Bank Indonesia (BI). Meski demikian ia berharap hal tersebut dibarengi dengan meningkatnya daya beli masyarakat.