Bisnis.com, JAKARTA - Hasil survei Bank Indonesia pada pekan pertama Juni 2016 menunjukkan laju inflasi mencapai 0,59%.
Direktur Penelitian Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal mengatakan inflasi pada pekan pertama itu merupakan angka tertinggi yang tercatat selama tahun berjalan, sehingga apabila tren pencapaian itu berlanjut dapat dipastikan laju inflasi pada keseluruhan Juni 2016 pada kisaran 1%-2% (month-to-month) atau 4% (year-on-year).
"Kalau kita melihat di bulan Ramadan ini tidak ada faktor lain yang signifikan yang memicu inflasi kecuali bahan pangan," ucapnya, di Jakarta, Jumat (10/6/2016).
Beberapa komoditas pangan yang memberi andil pada inflasi seperti daging sapi, daging ayam, minyak goreng, telur, bawang, dan cabai, sementara harga beras cukup stabil.
Menurutnya, kenaikan harga pada komoditas pangan tidak dipengaruhi oleh pasokan atau suplai kecuali daging sapi yang masih bergantung pada impor. Mahalnya kebutuhan pangan dipicu oleh distribusi yang sering ada permainan kartel dan aksi spekulan.
Faktor pemicu lainnya adalah pakaian atau sandang tetapi baru memberi dorongan ke inflasi menjelang dua pekan sampai satu pekan sebelum perayaan Idulftri dengan pengaruh yang tidak besar. Sementara, tarif transportasi cukup stabil karena adanya penyesuaian harga bahan bakar minyak pada April 2016.
"Kalau daya beli memang sedikit meningkat karena di bulan Ramadan konsumsi masyarakat lebih tinggi volumenya, walaupun tidak mesti berkaitan dengan income lebih tinggi," katanya.
Menilik tahun lalu, inflasi yang berkaitan pada momentum lebaran cukup terkendali dan lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata inflasi 4 tahun terakhir. Inflasi pada Juli 2015 tercatat 0,93% dengan inflasi inti 0,34%.
Tekanan inflasi kala itu disumbang oleh volatile food karena kenaikan harga ikan segar, daging ayam, beras, dan aneka cabai. Di sisi lain, bawang merah justru menyumbang deflasi didorong oleh panen yang sedang berlangsung di beberapa sentra produksi.