Bisnis.com, SIAK--Perusahaan industri kehutanan Sinar Mas Forestry menyiapkan tiga jenis tanaman baru untuk menggantikan akasia yang selama ini mendominasi sebagai bahan baku bubur kertas atau pulp dan kertas.
Penliti Senior R&D Sinar Mas Forestry, A. Bambang Herdyantara mengatakan penggantian tanaman ini juga sebagai antisipasi rencana pemerintah yang mengarah pada pelarangan penanaman spesies acacia crassicarpa di lahan gambut.
"Tiga tanaman yang kami teliti adalah tanaman merupakan tanaman asli Indonesia, dengan nama lokalnya Geronggang, Meranti Kuning dan Balerangan. Risetnya sudah lama dilakukan sejak 1990-an, " katanya saat menerima kunjungan wartawan di Perawang Kabupaten Siak, Kamis (2/6).
Menurut dia, manajemen fokus meriset tiga tanaman itu karena arah kebijakan pemerintah Indonesia ke depan semakin nyata untuk melakukan moratorium penanaman akasia, apalagi di tengah sorotan dari dalam dan luar negeri terkait kebakaran lahan dan hutan. Penanaman akasia sebagai tanaman monokultur juga mendapat sorotan
Bambang mengatakan masa panen ketiga jenis tanaman pengganti ini memang lebih panjang sekitar 7 tahun dibandingkan akasia yang bisa dipanen 5 tahun. Penggantian tanaman sebagai bahan baku industri pulp dan kertas ini tentunya akan mempengaruhi produkivitas sehingga harus disiapkan jauh-jauh hari. Tim peneliti Sinar Mas Foresty nantinya akan mencari bibit unggul yang mampu menyamai masa tanam akaisa yang bisa mencapai 5 tahun.
Meskipun demikian, tanaman pengganti ini akan lebih tahan terhadap ancaman kebakaran lahan dan hutan karena memerlukan kadar air yang lebih tinggi.
Tahun ini APP-Sinar Mas Forestry berinvestasi untuk pusat pengembangan riset mencapai Rp39 miliar atau US$3 juta, naik dua kali lipat dibandingkan sebelumnya.
Pada saatnya nanti, lanjutnya, tiga tanaman itu akan menggantikan akasia yang selama ini menjadi andalan di 60% hutan tanaman industri perusahaan di bawah naungan APP-Sinar Mas, yang luasnya mencapai 600.000 hektare di Provinsi Riau.
Dia menjelaskan hingga kini Sinar Mas masih bergantung pada tanaman akasia crassicarpa untuk penanaman di konsesi yang ada di lahan gambut untuk bahan baku pulp dan kertas. Tanaman tersebut diakuinya memiliki kelemahan berupa rawan terserang penyakit karena bukan tanaman asli dari hutan Riau.
"Tiga tanaman yang dikembangkan juga menjadi solusi untuk pencegahan kebakaran jadi lebih baik, karena mereka bisa bertahan di kondisi tanah dengan genangan air hingga 120 meter sehingga gambut bisa tetap basah," ujarnya.
Sementara itu, pasokan bahan baku untuk pabrik APP-Sinar Mas PT Indah Kiat di Riau yang mampu memproduksi "pulp" dan kertas masing-masing 2,755 juta ton dan 1,077 juta ton per tahun, harus dijaga.
"Tiga tanaman ini butuh lima meter kubik untuk bisa memproduksi satu ton pulp, sedangkan akasia cukup dengan 3-4 meter kubik. Karena itu, target kami masih terus mengembangkan agar produktivitasnya bisa setara dengan akasia dan panennya bisa lebih cepat, " katanya.