Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kue Ekonomi Itu Bernama Start Up

Bagi entrepreneur, bukan rahasia lagi bila mengajukan permohonan pinjaman di bank adalah hal yang gampang-gampang sukar. Gampang bagi yang usahanya mapan dan menghasilkan profit. Tapi sukar bagi pemilik usaha rintisan atau start up.
Dari kiri ke kanan; Rein Mahatma Co-founder Startupbisnis.com; Yudhi Domex Mandey, Co-Founder Wavoo; Abraham Viktor, Co-Founder Wedlite.com & Taralite.com; dalam ajang Raising Giants: Indonesian Startups yang digelar Global Enterpreneurship Program Indonesia (GEPI), di @america, Jakarta, Jumat (6/11/2015). /Antara
Dari kiri ke kanan; Rein Mahatma Co-founder Startupbisnis.com; Yudhi Domex Mandey, Co-Founder Wavoo; Abraham Viktor, Co-Founder Wedlite.com & Taralite.com; dalam ajang Raising Giants: Indonesian Startups yang digelar Global Enterpreneurship Program Indonesia (GEPI), di @america, Jakarta, Jumat (6/11/2015). /Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Bagi entrepreneur, bukan rahasia lagi bila mengajukan permohonan pinjaman di bank adalah hal yang gampang gampang sukar. Gampang bagi yang usahanya mapan dan sudah menghasilkan profit. Tapi sukar bagi pemilik usaha rintisan atau yang kini dikenal dengan istilah start up.

Apakah bank salah? Belum tentu. Pasalnya sebagai lembaga intermediasi bank dituntut untuk memegang teguh prinsip kehati-hatian (prudential pricipal). Olehnya itu bank tak boleh serampangan memberi pinjaman. Salah-salah, justru bank yang kena batunya.

Sebagai solusi, start up entrepreneur bisa memperoleh bantuan modal dari perusahaan ventura capital. Di masa lalu, konsep pemberian modal seperti ini belum terlalu jamak. Tapi kini, seiring kemajuan teknologi di mana start up berbasis teknologi kian berkembang, penyertaan modal dari perusahaan ventura tumbuh bak jamur di musim hujan.

Bukalapak belum tentu sebesar sekarang andai tak mendapat kucuran investasi dari Aucfan dan East Ventures. Pun begitu dengan Go-Jek Indonesia yang mendapat suntikan dana segar hingga puluhan juta dolar AS dari Northstar Group milik Patrick Walujo.

Nah, rupanya industri perbankan tak tinggal diam melihat tren bisnis ini. Sebagian bahkan mulai berpikir untuk meninggalkan konsep traditional banking yang sekadar sebagai tempat menyimpan dan menyalurkan uang. PT Bank Maybank Indonesia Tbk. salah satunya.

Direktur Maybank Indonesia Jenny Wiriyanto secara lugas mengatakan bank saat ini sudah tidak bisa lagi dijalankan dengan cara lama karena bakal ketinggalan. Oleh karena itu mereka tengah meramu strategi untuk ikut dalam pembiayaan start up khususnya bagi pebisnis muda atau dikenal dengan istilah generasi milenial.

"Ini bocoran ya. Kami tengah mengembangkan produk yang pasarnya adalah generasi milenial. Basic-nya tetap saving tetapi nanti akan menuju
ke pembiayaan start up," ungkapnya.

Bahkan di skala regional, Maybank sudah melaksanakan kompetisi start up business yang telah menjaring sekitar 10 start up terbaik dimana 3 di antaranya berasal dari Indonesia. Jenny mengatakan pihaknya memang tengah concern pada bisnis anak muda dan sangat mendukung mereka.

Maybank tak sendiri. Menurut catatan Bisnis.com, di Indonesia sudah ada beberapa bank yang secara terang-terangan mengaku akan masuk di bisnis ini. Hanya saja sebagian besar masih meraba-raba terkait potensi risikonya. Sebab seperti diulas diatas, bank mesti mempertimbangkan faktor risiko demi menjaga prinsip prudential.

Hal ini diakui oleh Steffano Ridwan selaku Director of SME PT Bank DBS Indonesia (DBSI). Ridwan mengatakan DBSI sudah masuk ke tahap pengkajian mendalam mengenai rencana bisnis tersebut. Hanya saja ia tidak menjamin implementasinya juga akan langsung dilaksanakan tahun ini.

"Kami mulai meng-explore. Kami sedang coba mengerti secara mendalam soal start up," ujarnya.

Menurutnya, start up merupakan peluang bisnis yang cukup potensial. Apalagi tren bisnis sekarang memang mengarah kesana. Hanya saja, kata Steffano, tantangannya ada pada minimnya laporan yang solid karena start up merupakan bisnis baru.

"Di situ challenge-nya. Saya rasa bukan hanya DBS yang mengalami tapi semua bank yang ingin masuk bisnis ini juga punya masalah yang sama," tambahnya.

PT Bank Central Asia Tbk. pun demikian. Sampai saat ini BCA masih fokus memberikan pelatihan dan pembinaan kepada usaha rintisan atau start up agar bisa lebih berkembang dan dapat dikategorikan bankable untuk memperoleh pinjaman dari bank.

"Sampai saat ini kita lebih melihat pada pelatihan karena untuk pembiayaan kan perbankan ada regulasi-regulasi yang harus dipenuhi. Jadi kita mencoba memberikan bantuan dalam bentuk pembinaan," kata Sekretaris Perusahaan BCA Inge Setiawati.

United Overseas Bank Limited (UOB) selangkah lebih maju. Bank asal Singapura ini bahkan sudah menerapkan mekanisme yang mirip dengan perusahaan ventura yakni memberikan bantuan modal namun dengan imbalan kepemilikan saham.

Sebanyak 30 perusahaan start up dipilih untuk menjalankan program akselarasi selama 100 hari yang diselenggarakan oleh The FinLab. UOB akan memberikan dana sebesar US$30.000 bagi setiap perusahaan start up sebagai modal awal dengan imbal balik kepemilikan saham sebesar 6%.

Program pengembangan start up tersebut, bekerja sama dengan The FinLab yang merupakan perusahaan patungan antara UOB dan Infocomm Investments Pte Ltd (IIPL).

Tak hanya bank konvensional. Bank syariah pun diarahkan untuk sedini mungkin menggarap kue ekonomi ini. Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman D Haddad beberapa waktu lalu mengatakan tahun ini OJK mendorong bank-bank syariah untuk lebih luas dan gencar melakukan ekspansi.

"OJK menggiring bank-bank syariah untuk bisa masuk pembiayaan di sektor maritim, industri kreatif dan juga start up," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Abdul Rahman
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper