Bisnis.com, JAKARTA - Maskapai bertarif rendah, Lion Air, menggandeng perusahaan teknologi global asal AS, Sabre Corporation guna mengoptimalkan operasi penerbangan maskapai, termasuk terbang sesuai jadwal.
Presiden Direktur Lion Air Group Edward Sirait mengatakan konektivitas maskapai saat ini tumbuh cepat. Untuk mendukung pertumbuhan tersebut, Lion Air membutuhkan perangkat lunak atau platform yang tepat.
“Teknologi yang ditawarkan Sabre sesuai dengan kebutuhan kita saat ini, di mana teknologi itu memungkinkan kita untuk mengatur operasional penerbangan dan jadwal kru pesawat secara lebih baik,” katanya, Kamis (14/4/2016).
Dengan perjanjian tersebut, Edward optimistis Lion Air mampu berekspansi dengan operasi yang lebih efektif dan efisien. Alhasil, biaya operasi penerbangan di lima maskapai yang tergabung dalam Lion Air Group menjadi lebih rendah.
Adapun maskapai yang tergabung dalam Lion Air Group adalah maskapai tidak berjadwal Lion Bizjet, maskapai berjadwal Wings Air, Batik Air, Malindo Air, dan Thai Lion Air.
Sementara itu, Vice President Sabre Airline Solutions Kamal Qatato menuturkan selama ini Sabre terus melakukan investasi terhadap teknologi baru guna mengantisipasi operasi penerbangan yang kian kompleks.
“Kami juga menjalin kerjasama dengan mitra strategis untuk memberikan solusi yang terintegrasi agar perencanaan penerbangan berjalan mulus dan mampu mengelola gangguan yang timbul tidak terduga,” tuturnya.
Kamal optimistis Sabre mampu membantu Lion Air dalam memberikan pelayanan yang sesuai dengan harapan penumpang dan terbang sesuai jadwal, termasuk membuat biaya operasi penerbangan menjadi lebih efisien.
Seperti diketahui, rata-rata tingkat ketepatan waktu (on time performance/OTP) dari 14 maskapai berjadwal niaga mencatatkan penurunan sepanjang tahun lalu, yakni sebesar 78,53% dari realisasi tahun sebelumnya sebesar 79,02%.
Lion Air mencatatkan tingkat OTP sebesar 71,45% atau turun dari tahun sebelumnya sebesar 73,80%. Sementara itu, Wings Air mencatatkan kenaikan OTP menjadi 72,05% dari tahun sebelumnya 71,12%.
Kinerja paling memuaskan terjadi pada Batik Air. Maskapai bertarif sedang itu mencatatkan kinerja OTP paling tinggi dibandingkan dengan maskapai berjadwal lainnya, yakni sebesar 92,12% naik dari realisasi tahun sebelumnya 90,78%.
Dalam evaluasi Kementerian Perhubungan, keterlambatan atau delay paling banyak disebabkan faktor nonteknis operasional, yakni sebanyak 47,18% dari total penerbangan yang tercatat delay sebanyak 138.247 penerbangan.
Faktor nonteknis tersebut a.l. buruknya manajemen maskapai, keterlambatan kru pesawat, catering, penumpang yang akan check in, ketidaksiapan pesawat hingga penanganan di darat dan lain sebagainya.
Sementara faktor penyebab delay kedua yakni faktor teknis operasional dengan kontribusi hingga 36,74% dari total penerbangan yang tercatat delay. Contohnya seperti terdapat keretakan di landasan pacu, keterlambatan pengisian bahan bakar dan lain sebagainya.