Bisnis.com, JAKARTA – Adopsi teknologi digital di sektor pertanian diyakini dapat menjadi solusi untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani.
Sebagaimana diketahui, pemerintah telah meluncurkan lima aplikasi digital pertanian sebagai bagian dari Program Sinergi Aksi untuk Ekonomi Rakyat. Program tersebut dirilis oleh Presiden Joko Widodo di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Senin (11/4/2016).
Dosen Universitas Surya, Onno W. Purbo, mengingatkan kembali bahwa teknologi informasi memang dapat menjadi solusi untuk menjawab problematika di tengah masyarakat, termasuk di sektor pertanian. Namun, dia menilai aplikasi dapat terutilisasi maksimal manakala sesuai dengan kebutuhan pengguna.
“Semoga sebelum coding para programmer-nya bisa memperhatikan business flow-nya petani, biar aplikasinya benar,” katanya kepada Bisnis.com, Selasa (12/4/2016).
Kendati aplikasi digital semakin mewarnai kehidupan, Onno menegaskan teknologi infomasi hanya alat. Berhasil tidaknya adopsi itu juga ditentukan oleh manusia dalam hal ini petani maupun aparatur pemerintahan.
“Semoga aplikasi ini bisa sukses. Semoga tidak berantem kayak Blue Bird vs Gojek kemarin. Nanti malu kan,” katanya.
Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara menyitir hasil riset sebuah perusahaan konsultan di 26 negara di luar Eropa yang menyebutkan adopsi teknologi digital dapat meningkatkan pendapatan petani sebesar 11%.
“Potensi ini membuat gebrakan teknologi di dunia pertanian sangat dibutuhkan mengingat penurunan kontribusi sektor pertanian sudah masuk ke angka trilliunan dalam kurun waktu 10 tahun,” katanya dalam pernyataan resmi, Senin.
Lima aplikasi digital yang diluncurkan pemerintah itu mengisi kebutuhan rantai pasokan dari hulu hingga hilir. Aplikasi pertama, Petani, yang berisi solusi-solusi permasalahan pertanian, tempat penjualan alat-alat pertanian, pelatihan pertanian, dan forum online petani seluruh Indonesia.
Kedua, Tani Hub. Aplikasi ini memuat distribusi hasil pertanian dan perkebunan dari daerah ke kota. Ketiga, Lima Kilo. Aplikasi ini memungkinkan petani langsung dapat menjual hasil panen ke konsumen dengan harga kompetitif.
Keempat, Pantau Harga. Sebagaimanan namanya, merupakan platform tawar-menawar dan jual-beli antara penyedia bahan baku dengan petani dengan mengacu pada basis data. Kelima, Aplikasi Nurbaya Initiatives. Ini merupakan layanan bagi petani maupun usaha kecil dan menengah untuk dapat membuat platform penjualan hasil-hasilnya.
Rudiantara mengatakan lima aplikasi itu dibuat oleh para programmer dalam negeri. Pemerintah, tambah dia, ingin memajukan petani Indonesia yang sampai saat ini masih menghadapi aneka problematika di lapangan.