Bisnis.com, JAKARTA - Penurunan harga bahan bakar minyak pada awal April 2016 sebesar Rp500 belum mampu memangkas harga komoditas pokok di konsumen.
Sandiaga Uno, Ketua Umum Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI), mengatakan belum ada harga komoditas pangan yang mengalami penurunan setelah harga Bahan Bakar Minyak (BBM) juga turun, termasuk di Indonesia bagian timur. Menurutnya, efek dari penurunan harga BBM akan terjadi pada tiga sampai 6 bulan ke depan, namun tidak signifikan.
“Pedagang tidak melihat ada kemungkinan turun secara signifikan. Enam bulan ke depan diperkirakan turun tapi akan sangat sedikit,” katanya, Senin (4/4/2016).
Panjangnya rantai distribusi pangan yang mencapai 9 rantai menjadi salah satu pemicu tingginya harga pangan.
Sementara itu, disparitas harga pangan di Indonesia bagian timur bisa naik mencapai 50%-250% dibandingkan wilayah lain. Dia mengklaim tol laut yang dicanangkan pemerintah tidak berpengaruh sama sekali terhadap harga pangan di timur Indonesia.
Dia berpendapat operasi pasar dan penggunaan teknologi dapat efektif memantau harga pangan.
“Harus ada perubahan ekosistem dari rantai distribusi yang terlalu panjang. Kedua,pengunaan teknologi ampuh untuk memangkas rantai distribusi,” ucapnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan harga bawang merah melonjak 31,99% dengan andil inflasi 0,16%. Harga cabai merah mengalami kenaikan 20,37% dan menyumbangkan inflasi 0,13%. Inflasi Maret sebesar 0,19% (bulan ke bulan) mencatatkan angka tertinggi pada periode yang sama selama dua tahun terakhir atau sejak 2014. Inflasi pada Maret 2014 0,08% dan Maret 2015 sebesar 0,17%.