Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Bawang Melonjak, Pedagang Serbu Brebes

Para pedagang dari luar daerah menyerbu Brebes yang dikenal sebagai sentra bawang merah terkait melonjaknya harga komoditas pangan ini.
Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, SEMARANG - Para pedagang dari luar daerah menyerbu Brebes yang dikenal sebagai sentra bawang merah terkait melonjaknya harga komoditas pangan ini.

Kenaikan harga bawang merah saat ini disebabkan adanya mata rantai yang cukup panjang sehingga menguntungkan para pedagang tertentu di sejumlah daerah.

Ketua Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI) Juwari mengatakan harga bawang merah di daerah produksi seperti di Kabupaten Brebes, saat ini terpantau standar atau senilai Rp25.000/kilogram.

Adapun, ujarnya, di daerah lain seperti Solo, Semarang dan Jabodetabek, harga bawang merah menembus angka di atas Rp40.000/kg.

“Disparitas harga terlalu tinggi. Daerah penghasil bawang merah dan daerah di luar sana selisihnya cukup jauh. Dari petani sekitar Rp25.000-Rp26.000/kg,” terangnya kepada Bisnis, Kamis (17/3/2016).

Juwari mengakui perbedaan harga bawang merah di sejumlah daerah juga dipengaruhi pasokan yang menipis lantaran musim hujan datang terlambat di Desember 2015. Akibatnya, petani dalam melakukan penanaman ikut mundur.

Jika dalam cuaca normal, ujarnya, masa tanam dilakukan pada Oktober sehingga pasokan bawang merah pada Januari dan Februari terpenuhi.

“Tahun lalu El-Nino, masa tanam dan masa panen mundur semua. Kelangkaan pasokan ini yang dimanfaatkan para pedagang untuk menaikkan harga. Sementara, di tingkat petani harga masih utuh,” ujarnya.

Pihaknya mengatakan ABMI sudah beberapa kali berbicara dengan pemerintah untuk menjalin kerja sama dalam memutus rantai pasok khususnya bawang merah. Namun, ujarnya, pembicaraan tersebut belum ditanggapi serius oleh pemerintah.

Jika pemerintah berani memutus mata rantai, lanjut Juwari, harga bawang merah di sejumlah daerah akan merata atau tidak jauh dari harga pokok petani.

Selain itu, ABMI juga berharap kepada pemerintah untuk menyediakan alat penyimpan komoditas pertanian atau disebut controlled atmosphere storage (CAS).

Alat itu tidak hanya sekadar sebagai pendingin, melainkan gabungan antara teknologi pendinginan dan teknologi pengondisian udara.

Pengondisian udara, kata dia, dilakukan dengan cara mengontrol kelembaban, kadar O2 dan CO2, dan ethylene (C2H4).

Dengan alat seharga Rp800 juta, komoditas seperti bawang merah atau cabai yang biasanya hanya mampu bertahan dalam hitungan hari, ketika disimpan lewat CAS bisa bertahan hingga tiga bulanan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Muhammad Khamdi
Editor : Saeno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper