Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

GERHANA MATAHARI TOTAL: Rental Mobil Laris, Rumah Warga Jadi Hotel

Gerhana matahari total 2016 membawa berkah tersendiri bagi warga Bangka Belitung. Ribuan wisatawan menyerbu pulau Laskar Pelangi ini untuk menyaksikan gerhana matahari total.
Ilustrasi - Rental mobil
Ilustrasi - Rental mobil

Bisnis.com, JAKARTA - Gerhana matahari total 2016 membawa berkah tersendiri bagi warga Bangka Belitung. Ribuan wisatawan menyerbu pulau ‘Laskar Pelangi’ ini untuk menyaksikan gerhana matahari total.

Menurut keterangan tertulis dari Kementerian Pariwisata yang diterima Bisnis, Selasa (8/3/2016) malam, fenomena ini membuat 34 hotel dari berbagai kelas yang ada di kawasan tersebut penuh dan mobil rental pun habis dipesan para wisatawan.

Begitu juga dengan wisma dan homestay yang dikelola warga desa pun sudah terisi dan dibooking sejak sebulan lalu. “Kami sudah full booking. Kalau mau pesan sesudah tanggal 11 Maret,” ujar Megawati, salah satu pemilik homestay di wilayah Tanjung Kelayan, Belitung.

Kondisi yang sama juga terjadi di Tanjung Pandan, Bangka Belitung. Banyak pelaku usaha rental mobil yang mendapat berkah dari maraknya turis. Mereka menyewakan mobil dengan tarif Rp 500 hingga Rp 550 per hari. Biaya itu sudah termasuk bahan bakar dan sewa sopir. 

“Saya punya 3 mobil. Semuanya sudah habis dipesan untuk tanggal 9 Maret. Sewanya Rp550 ribu sehari atau 12 jam,” ujar warga Tanjung Pandan, Ichan (42).

Untuk datang ke kawasan ini, wisatawan harus memesan hotel sejak jauh-jauh hari. Wisatawan asal Garut Jawa Barat yang berkunjung ke Tanjung Pandan, Ujang Sugandi dan Ija Khodijah mengaku sudah memesan hotel beberapa bulan sebelumnya.

“Sudah lama pesan Kang. Mau liburan, dan kebetulan bersamaan gerhana matahari total. Cuma bingung nyari mobil rental nih, soalnya mau keliling,” ucap Ujang yang berkunjung ke Belitung untuk bulan madu bersama istrinya.

Sementara itu, transportasi umum masih menjadi salah satu kendala wisatawan di Tanjung Pandan. Pasalnya, angkutan umum di Tanjung Pandan sangat sedikit, terutama yang mengarah ke Manggar, Belitung Timur.

“Di sini jarang angkutan. Soalnya warga sudah pada punya motor semua. Kalau dari Bandara ke Manggar biasanya ada Damri. Kalau angkutan umum sangat kurang, cuma satu dua saja,” ujar Agusman, warga yang berjualan di Terminal Tanjung Pandan.

Hal yang sama terjadi di Sulawesi Tengah (Sulteng). Diperkirakan ada sekitar 10.000 pengunjung dari dalam dan luar negeri yang turut menyaksikan GMT di daerah ini.

Hingga 1 Maret 2016, sudah tercatat sekitar 5.000 orang pengunjung dari berbagai negara di dunia yang mengonfirmasikan kehadirannya. Mereka adalah pencinta gerhana yang menamakan diri "eclipse hunter", ilmuwan, fotografer dan wisatawan.

Akibatnya, kamar-kamar hotel mulai yang berbintang sampai kelas melati sudah terpesan penuh untuk empat hari, yakni 7 sampai 10 Maret 2016. “

“Kami terpaksa mencari-cari rumah penduduk yang bisa dimanfaatkan untuk tempat menginap para tamu dari sejumlah kementerian dan lembaga negara yang akan datang, karena tidak ada lagi kamar hotel yang kosong," ujar Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sulawesi Tengah Sitti Norma Mardjanu.

Provinsi berpenduduk sekitar 2,7 juta jiwa ini tampaknya memang lebih beruntung dibanding 11 provinsi lainnya yang akan dilintasi GMT, karena memiliki titik pantau terbanyak yang tersebar pada lima kabupaten yakni Sigi, Parigi Moutong, Poso, Tojo Unauna dan Banggai serta Kota Palu.

Berbagai festival telah disiapkan untuk para pengunjung GMT yang diharapkan membikin mereka betah berlama-lama di kota ini, serta memikat hati turis untuk kembali lagi berkunjung pada kesempatan berikutnya.

“Festival seperti ini penting karena, sebagian besar pengunjung asing nanti adalah mereka yang baru pertama kalinya datang ke Indonesia,” tutur Zulfikar Usman, Direktur Hasan Bahasuan Institute (HBI) yang akan menggelar festival seni-budaya di Desa Ngatabaru, Kabupaten Sigi, lokasi pengamatan GMT dengan pengunjung asing terbesar di provinsi ini.

HBI akan menyajikan seni budaya dari berbagai daerah di Sulawesi, khususnya Sulawesi Tengah seperti tari kolosal Raego dari Kabupaten Sigi, yang melibatkan 40 orang penari ditambah 10-an orang pemain musik.

Raego dance akan didampingi dengan penampilan tari-tarian dari Tanah Toraja dan Bone, Sulawesi Selatan serta berbagai kelompok etnis seperti Batak dan Jawa.

Menpar Arief Yahya menilai dari animo yang begitu kuat itu, target Kemenpar pada GMT 2016 ini terlampauai jauh. “Target wisman di 12 provinsi, pada GMT ini 10.000 wisman, dengan devisa 150 M. Saya kirabjauh terlampaui,” ucap Arief Yahya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ropesta Sitorus
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper