Bisnis.com, DENPASAR - Penggunaan pupuk organik berdampak terhadap meningkatnya produktivitas padi di Bali selama tahun lalu sebesar 3,36% atau 2,02 kuintal per hektare.
BPS Bali mencatat kenaikan produktivitas tertinggi berada di Jembrana 66,74 kuintal per ha, Denpasar 66,52 kuintal per ha, dan Klungkung 66,08 kuintal per ha.
Kepala BPS Bali Adi Nugroho mengatakan adanya upaya khusus yang dilakukan oleh sejumlah instansi ikut memberikan andil terhadap peningkatan tersebut.
"Misalnya Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu dengan penerapan teknologi Jajar Legowo [program Bank Indonesia Perwakilan Bali] di Gianyar, turun berkontribusi terhadap peningkatan produktivitas padi," ujarnya, Jumat (4/3/2016).
Selain itu, di Denpasar ada program khusus pengembangan bibit, bantuan optimasi lahan, benih dan pupuk serta alat pertanian ikut berkontribusi. Namun, kenaikan tersebut belum memberikan dampak besar.
Angka sementara produksi padi di Bali pada 2015 mengalami penurunan sebesar 0,49% menjadi 853.710 ton, dibandingkan dengan 2014 sebesar 857.944 ton. Penurunan disebabkan adanya penurunan luas panen 5.312 ha atau 3,72% dari total luasan yang terjadi di Tabanan, Badung, Bangli, Karangasem, dan Buleleng. Dengan penurunan luas panen tertinggi terjadi di Tabanan seluas 4.518 ha.
"Ada beberapa faktor penyebab luasan panen itu menyusut, salah satunya perbaikan jaringan irigasi pada 2014 seluas 12.085 ha yang menyebabkan kekurangan luas tanam sebesar 24.170 ha," ujar Adi.
Selain itu, lanjutnya, kekeringan yang disebabkan keterbatasan air dan perbaikan saluran irigasi di sejumlah wilayah dan sedimentasi menyebabkan sejumlah lokasi tidak bisa ditanami. Di Gianyar, ada juga terjadi pengalihan ke komoditas tembaku, dan pergeseran atau tunda tanam.
Adi menambahkan kemarau panjang dampak El Nino menyebabkan kekeringan di lahan seluas 881 ha yang tersebar di enam kabupaten ikut berkontribusi menyusutnya jumlah produksi.