Bisnis.com, TANGERANG— Perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan, infrastruktur energi dan logistik, PT Titan Infra Energy fokus mengembangkan infrastruktur penunjang kegiatan pertambangan batu bara yang menjadi bisnis intinya.
Salah satunya dengan menginvestasikan dana hingga US$ 200 juta untuk membangun jalan khusus angkutan batu bara sepanjang 110 km di Sumatera Selatan.
Direktur Pengembangan Bisnis Titan Group Tjhie Sugianto mengungkapkan pihaknya mengakuisisi jalan angkutan batu bara bernama Servo tersebut dari PT Adaro Energy Tbk pada 2014 lalu.
Jalan itu membentang di tiga kabupaten, yakni Lahat, Muara Enim, dan Palembang dan semula dibangun oleh PT Servo Infrastruktur sebelum akhirnya berpindah tangan ke Adaro, lalu akhirnya Titan.
“Waktu kita akuisisi jalan itu masih belum sempurna. Sekarang masih bisa kita sempurnakan targetnya tahun ini selesai. Namun sudah dilewati secara paralel,” ujarnya saat wawancara khusus dengan Bisnis.com.
Dia mengatakan saat ini kapasitas maksimal batu bara yang dapat diangkut melalui jalan ini dapat mencapai 3 juta ton per tahun. Namun, jumlah tersebut akan ditingkatkan secara bertahap menjadi 6 juta ton pada tahun depan, dan terus bertambah hingga mencapai kapasitas angkut maksimum yakni 12 juta ton per tahun.
Sugi menambahkan perusahaan telah membaca tren penurunan harga komoditas batu bara sejak beberapa tahun terakhir. Untuk menyiasatinya, Titan mengembangkan infrastruktur penunjang seperti pelabuhan dan jalan angkutan khusus batu bara sehingga membuat ongkos logistik lebih efisien.
“Meskipun harga batu bara fluktuatif, Titan tetap grow karena kelebihannya kita sudah sadar bahwa tidak bisa mengandalkan hanya tambang lagi. Akhirnya [perusahaan] bertransformasi dari perusahaan tambang menjadi perusahaan infrastruktur energi dan logistik,” ujarnya.
Jalan Servo sepanjang 110 km itu, ujarnya, tersambung langsung ke Pelabuhan Servo di Sungai Musi dengan kapasitas 12 Mtpa, yang juga dimiliki Titan. Dari pelabuhan inilah batu bara didistribusikan ke berbagai Pembangkit Listrik yang tersebar di Jawa.
“Kita diuntungkan sebenarnya, karena secara geografis batu bara yang di sini lebih dekat untuk didistribusikan ke Jawa daripada dari Kalimantan. Ke depannya Malaysia dan India pasti lebih suka beli dari kita karena ongkosnya lebih murah,” ujarnya.
Selain itu, Titan juga memiliki berbagai infrastruktur penunjang lainnya seperti, Pelabuhan Bengkulu di Kotabani dengan kapasitas 5 Mtpa, dan jalan angkutan khusus batu bara sepanjang 20 km yang juga terletak di kota yang sama.
Director Complience and External Affairs Taufik M. Ahmad mengungkapkan latar belakang pengembangan infrastruktur penunjang ini adalah karena pihaknya menjadi penyuplai batu bara untuk PLN sebanyak 3,2 juta ton per tahun.Konsesi berlangsung selama 20 tahun, sejak kontrak diteken pada 2006.
“Dari situ kita sadar ternyata butuh jalan, butuh pelabuhan. Setelah bangun infrastruktur penujang, kita bisa hemat kurang lebih 30% sampai 40%”, ujarnya.
Dia menambahkan saat ini kontribusi dari logistik ini nyatanya lebih besar dari pertambangan, yakni 60:40. Rencana ekspansi yang akan dilakukan dalam beberapa tahun ke depan akan lebih diarahkan ke pembangunan infrastruktur logistik dan pembangunan pembangkit listrik.
