Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah menanggapi positif perkiraan terjadinya deflasi pada Februari 2016, meski tetap mewaspadai potensi resesi jika deflasi terjadi selama tiga bulan berturut-turut.
Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai deflasi diperlukan untuk menyeimbangkan peningkatan harga barang atau inflasi tahunan. Menurut dia, kondisi ekonomi pada dua bulan pertama tahun ini masih stabil dengan laju inflasi yang wajar.
Kendati demikian, pemerintah juga bersiap diri dengan lesunya konsumsi masyarakat yang menandai terjadinya penurunan kegiatan ekonomi.
"Ya sekali-sekali ada baiknya [deflasi] untuk mengurangi inflasi tahunan, tapi jangan deflasi 3 bulan berturut-turut bisa jadi resesi," ujarnya di Kantor Wakil Presiden, Jumat (26/2/2016) sore.
Berdasarkan hasil survei Bank Indonesia (BI) pada pekan ketiga Februari 2016 terjadi deflasi sebesar 0,13%, sementara pada pekan pertama deflasi 0,14% dan pekan kedua deflasi 0,15%.
Deflasi diperkirakan terjadi karena adanha penurunan beberapa harga kebutuhan pokok mulai dari pangan hingga tarif dasar listrik.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), laju inflasi pada Januari 2016 sebesar 0,51% atau lebih rendah dibanding Desember 2015 yang sebesar 0,96% dengan inflasi tahun kalender mencapai 0,51%.