Bisnis.com, SEMARANG - Pengusaha mebel dan furniture di Klaten Jawa Tengah menargetkan pertumbuhan penjualan tahun ini bisa naik 5% seiring dengan paket kebijakan pemerintah yang membantu dunia usaha.
Ketua Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Klaten Doddik Sulistiono mengatakan penjualan produk kayu dan bahan baku kayu di wilayahnya mengalami stagnasi pada tahun lalu karena imbas pelemahan ekonomi global, terutama di negara Eropa. Menurutnya, pasar terbanyak untuk ekspor produk kayu dari Klaten masih didominasi negara Eropa, Amerika dan wilayah Asia.
“Tahun kemarin, semua lesu. Ekspor juga berpengaruh turun, namun demikian kami mampu tumbuh 1%-5%. Nah, tahun ini kami optimis bisa tumbuh 5%,” terangnya saat ditemui Bisnis di Semarang, Rabu (24/2/2016).
Dia mengatakan para pengusaha kayu dan furniture saat ini juga digenjot untuk melakukan penjualan di tingkat lokal, guna memenuhi kebutuhan di dalam negeri dan khususnya daerah setempat. Pasalnya, saat ini konsumen lebih memilih barang impor kendati bahan baku di ekspor dari Indonesia.
Doddik menyakini penjualan produk kayu dan turunannya akan semakin menggeliat pada tahun mendatang seiring dengan kebijakan pemerintah mencanangkan Program Mebel Nasional yang diperketat dengan regulasi berupa undang-undang maupun perda di masing-masing daerah.
“Pemerintah akan mewajibkan semua instansi dari tingkat pusat, provinsi hingga daerah harus menggunakan mebel buatan lokal. Aturannya di Klaten sendiri masih digodok, mudah-mudahan tahun ini bisa selesai,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Asmindo Jateng Erie Sasmito mengatakan penjualan produk kayu dari Jateng mencapai sepertiga dari total penjualan ekspor yang terjadi di Indonesia. Dari total sekitar US$2 miliar, sebanyak US$700 juta disumbangkan dari pengusaha yang berdomisili di Jateng.
"Dari total anggota Asmindo seluruh Indonesia, hampir separuhnya terdapat di Jateng. Seluruh kawasan Jateng berkembang, terutama terdapat di Jepara, Semarang, dan Solo," ujarnya.
Meskipun masih sulit memperkirakan potensi pertumbuhan pada tahun ini, dia melihat seharusnya penjualan mebel dan furniture di Jateng bisa tumbuh sekitar 10%, baik di pasar domestik maupun ekspor.
"Awal tahun ini masih terdapat bererapa masalah, terutama harga minyak yang turun signifikan. Jadi, proyeksi untuk pasar dunia belum terlalu jelas," tutur dia.
Dalam kesempatan terpisah, Ketua International Furniture & Craft Fair Indonesia (IFFINA) Andre Sundriyo mengatakan pada tahun ini brand yang akan ditonjolkan adalah Furniture Indonesia. Adapun, omset penjualan domestik sekitar Rp4 triliun pada tahun lalu.
"Kalau selama ini fokus kepada ekspor, sedangkan dalam negeri sendiri tidak terpikir. Oleh karena itu, kami menargetkan bisa imbang ke depannya. Penikmat angka Rp4 triliun itu adalah perusahaan asing yang masuk seperti IKEA dan Informa, sementara dari lokal tidak banyak. Ini harus menjadi keasadaran bagi kita semua," tuturnya.
Selama ini perusahaan dalam negeri banyak tumbuh di kawasan Jawa Timur dan Jawa Tengah. Beberapa kawasan lain terletak di Cirebon, Bali, dan wilayah Jabodetabek. Secara total, jumlah anggota Asmindo mencapai 3.000-an.
Penetrasi ke pasar domestik, sambungnya, sejalan juga dengan Nawacita Presiden Joko Widodo yang berharap terjadinya peningkatan pemakaian produk dalam negeri. Dari sisi penjualan, diharapkan ekspor juga bisa melompat dari US$2 miliar menjadi US$6 miliar hingga 2019.