Bisnis.com, SURABAYA - Nilai tukar yang rasakan nelayan di Jawa Timur mengalami peningkatan sebesar 1,35% menjadi 106,33 pada Januari terhadap Desember 104,91.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur M. Sairi Hasbullah mengatakan hal itu terpengaruh It (indeks yang diterima) naik 0,16%, sedangkan (indeks yang dibayar) Ib turun 1,17%.
“NTN mengalami peningkatan ini efek penurunan harga solar karena solar masuk dalam komponen biaya,” ujarnya, Selasa (2/2/2016).
Pada 5 Januari 2016, pemerintah menurunkan harga bensin dari Rp7.300/liter menjadi Rp7.150/liter, dan harga diesel dari Rp6.700/liter menjadi Rp5.950/liter.Penurunan harga solar mengurangi beban pengeluaran nelayan, yakni indeks yang harus dibayar nelayan.
Di dalam penurunan Ib tetap ada komoditas utama yang indeksnya naik, yaitu tomat sayur, bawang merah, cabai rawit, bawang putih, telur ayam ras, upah membersihkan kapal, gula pasir, cabai merah, dan rokok kretek.
Sementara yang Ib-nya turun ada sepuluh. Tentu solar dan bensin ada diurutan pertama sejalan dengan penurunan harganya. Selain ini ada kacang panjang, buncis, upah angkut ke TPI, salak, kerupuk, ikan pindang tongkol, ikan selar, dan seng gelombang.
Adapun komoditas yang mendorong kenaikan indeks harga yang diterima nelayan (It), yaitu ikan tongkol, ikan layang, ikan swanggi, cumi-cumi, ikan gabus, cucut, cakalang, layur, lencam, dan kerang. Sedangkan yang indeksnya turung, seperti ikan kuniran, kuwe, kembung, terik, tengiri, dan lain-lain.
“Kesejahteraan nelayan Jatim meningkat tetapi belum setinggi Jabar, Jateng, dan Banten,” ucap Sairi.
BPS Jatim mencatat NTN sebesar 106,33 tidak termasuk tiga besar NTN tertinggi di Pulau Jawa, provinsi ini urutan keempat. NTN tertinggi adalah Banten 120, Jawa Barat 109, dan Jawa Tengah plus Jogjakarta 107.