Bisnis.com, MALANG—Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) Jatim menargektan populasi sapi perah bisa tumbuh 10% tahun ini.
Hal itu akan ditempuh dengan cara menjaga ketersediaan pangan yang mantap serta perawatan kesehatan ternak yang baik.
Wakil Ketua GKSI Jatim Sulistyanto mengatakan dengan pertumbuhan sapi perah sebesar itu maka diharapkan dapat terjadi percepatan peningkatan produksi menuju swasembada susu.
“Jika kecukupan pangan dan nutrisi bisa terjaga, mestinya target sebesar itu bisa tercapai,” katanya di Malang, Kamis (21/1/2016).
Pertumbuhan populasi sapi perah sebanyak itu diharapkan dari kelahiran sapi. Sementara itu, yYang menjadi masalah, total sapi milik peternak yang berjumlah178.000 ekor itu, hanya sekitar 90.000 ekor tergolong usia produktif.
Problem lain, banyak gangguan dalam pasokan pangan. Pakan hijauan tidak selalu ada dalam jumlah banyak sepanjang tahun.
Pada musim kemarau, apalagi kemarau panjang, produksi pakan hijauan sangat turun sulit sehingga sulit ditemukan di lahan-lahan pertanian baik sawah maupun tegalan. Akibatnya, harga pakan hijau menjadi naik tajam.
Dalam kondisi normal, harga pakan hijauan ternak hanya Rp300 per kg. Namun, saat musim kemarau bisa naik menjadi Rp700 per kg.
Dengan harga pakan hijauan ternak yang tinggi, maka kemampuan peternak membelinya juga berkurang sehingga pasokan ke ternak juga tidak bisa utuh sesuai kebutuhan pakannya.
Kebutuhannya hanya bisa dipenuhi sekitar 60% dari kebutuhan ideal.
Begitu juga dengan pakan konsentrat. Bahan konsentrat dari katul, bungkil kopra, limbah gandum, bungkil sawit, juga terus naik sehingga harga konsentrat terus naik.
Idealnya, dengan harga susu Rp5.500 per liter, maka harga konsentrat tidak boleh lebih dari Rp2.500 per kg, namun kenyataannya harganya lebih dari angka tersebut.
Dengan asupan pakan dan nutrisi seperti itu, maka sulit produksi dapat meningkat.
Saat ini, produktifitas susu sapi di tingkat peternak hanya 9-10 liter/ekor/hari, idealnya mencapai 15 liter/ekor/hari.
“Padahal jika peternakannya dikelola intensif seperti yang dikelola industri pengolah susu (IPS), produksi susu bisa mencapai 27 liter/ekor/hari,” ujarnya.
Dari sisi pertambahan populasi, dengan berkurangnya asupan maka biasanya muncul problem masa kehamilan yang molor menjadi 1,5 tahun, lebih lama dari masa normal yang hanya 1 tahun.
Kurangnya pasokan pakan dan nutrisi juga berdampak sapi kurang birahi sehingga perlu ada dorongan lewat kegiatan gertak birahi dari petugas Dinas Peternakan.
Program ini sudah dilakukan secara intensif oleh pemda.
Masalah pakan perlu diatasi dengan realisasi program pemerintah memanfaatkan lahan kosong milik negara untuk ditanami rumput buat pakan ternak.
Namun pengolahan lahan tersebut mestinya juga ditangani pemerintah karena peternak tidak mempunyai kemampuan mengoperasikan alat-alat berat juga untuk mengebor untuk menyediakan pasokan air.
“Untuk konsentrat, mestinya pemerintah perlu menyubsidi sehingga harganya terjangkau oleh peternak,” ucapnya.