Bisnis.com, JAKARTA – Apakah Tragedi Bom Sarinah membawa efek negatif terhadap kegiatan bisnis? Rupanya setiap sektor sudah memiliki faktor determinan sendiri-sendiri, yang tidak terusik dan tidak terkait isyu teroris tersebut. Simak kupasan kinerja enam bidang bisnis hasil kajian Bisnis Indonesia Resources Center (BIRC).
BIRC kembali menghadirkan layanan baru berupa penyediaan konten berupa analisis tentang kondisi makroekonomi, pasar, dan sektor industri dalam negeri.
Layanan ini diharapkan bisa membantu pelanggan dari kalangan korporasi, organisasi, dan perorangan termasuk investor mendapatkan gambaran yang jelas tentang kondisi perekonomian Indonesia secara komprehensif dari waktu ke waktu.
Sebelumnya BIRC juga telah meluncurkan layanan Executive Academic Services and kajian sektoral. Dengan layanan ini Anda yang sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi tidak perlu bingung lagi mencari data untuk tesis, research paper, atau disertasi. Informasi lebih lanjut tentang layanan ini bisa diperoleh dengan menghubungi customer service BIRC di (021) 57901023 eks. 620
BIRC memiliki koleksi data yang sangat besar, antara lain yang terkait dengan emiten seperti financial highlight, company profile, ranking, rasio keuangan, data perbankan, asuransi , unitlink, reksadana dll yang dirangkum sejak 2007. Divisi ini juga menyediakan arsip foto dan berita koran yang dikompilasi sejak 1985. Data ini bisa diperoleh dengan berkunjung ke https://bigstore.bisnis.com/biiu.research.
Untuk kajian sektoral, BIRC juga telah mempublikasikannya secara berkala. Berikut kajian sektoral yang sudah dipublikasikan:
1. Dampak Gejolak Nilai Tukar terhadap Penjualan Ritel di Indonesia
Kajian ini mengupas bisnis ritel di Indonesia yang diklaim terpukul oleh gejolak nilai tukar di tengah pelambatan pertumbuhan ekonomi nasional yang tercatat sebesar 4,67% (yoy) pada triwulan II 2015. Ini adalah pertumbuhan paling lambat sejak 2009. Pelambatan laju investasi, penurunan belanja konsumen, dan harga komoditas yang rendah cukup memukul sisi ekspor secara signifikan sehingga mengkoreksi pertumbuhan Indonesia. Sementara itu, volatilitas nilai tukar yang tinggi ditengarai memberikan pengaruh pada kinerja sektor ritel di Indonesia. Indeks penjualan ritel dibagi menjadi indeks penjualan ritel secara sektoral dan spasial. Pada sektor ritel mana sajakah yang terpangaruh gejolak nilai tukar rupiah? Di kota-kota mana sajakah indeks penjualan ritel merespon volatilitas nilai tukar rupiah? Saham peritel mana yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang tercatat paling mahal pada persaingan saat ini? Jawaban selengkapnya bisa ditemukan di kajian "Dampak Gejolak Nilai Tukar Terhadap Penjualan Ritel di Indonesia." Silahkan klik link berikut
2. Potensi Gelembung Properti di Indonesia
Kajian ini membahas bisnis properti yang cenderung melambat di tengah risiko yang meningkat seiring dengan ketidakpastian global. Indeks harga properti di Indonesia menunjukkan tren pelambatan setelah mencatatkan tren peningkatan pada peak level 2013. Komponen pembentuk produk domestik bruto Indonesia yang terkontraksi turut mempengaruhi kinerja sektor properti. Kajian ini mencoba mengungkapkan potensi gelembung properti di Indonesia, penggunaan tool yang dimiliki otoritas moneter terhadap potensi property bubble dan perkembangan proyeksi keseimbangan di pasar properti Indonesia.
Untuk informasi selengkapnya silahkan berkunjung ke tautan ini.
3. Kinerja Perbankan di Tengah Pengetatan Likudita Global
Pemulihan ekonomi di negara maju menyebabkan pengetatan likuiditas global. Kondisi ini cukup menekan kinerja sektor perbankan di emerging market, terutama Indonesia. Cost of fund sektor perbankan menjadi semakin mahal dengan terkontraksinya perolehan dana pihak ketiga (DPK). Sejalan dengan itu, penyaluran kredit pun turut melambat pada Juni 2014 yaitu sebesar 1,44% (yoy). Apakah pelambatan kinerja perbankan berdampak signifikan pada perubahan konsentrasi kelompok bank umum?. Bagaimana Bank Indonesia sebagai otoritas moneter merespon kondisi ini?. Laporan selengkapnya dipaparkan di kajian bertajuk “Kinerja Perbankan di Tengah Pengetatan Likuiditas Global”.
Untuk gambaran selengkapnya silahkan klik di sini.
4. Kejatuhan Harga Minyak Dunia dan Dampaknya terhadap Inflasi
Harga minyak dunia cenderung turun dan diperkirakan akan berlangsung cukup lama. Kondisi ini sangat mempengaruhi tingkat inflasi diberbagai negara, terutama emerging market. Strategi perang harga yang diluncurkan oleh OPEC terhadap AS yang tengah gencar melakukan eksplorasi minyak shale memiliki keterkaitan ke depan (forwad lingkage). Meskipun dalam hal ini tingkat ekspetasi pada pasar komoditas berjangka lebih berpengaruh signifikan terhadap volatilitas harga minyak dunia. Shock akibat volatilitas harga minyak dunia juga cukup mempengaruhi tingkat inflasi berdasarkan kelompok pengeluaran di dalam negeri. Kajian ini berusaha menjawab sejumlah pertanyaan, di antaranya inflasi pada kelompok mana saja yang terkena dampak dari volatilitas harga minyak? Harga komoditas minyak mana saja yang memiliki sensitivitas terhadap konsumsi minyak dunia? Silahkan klik tautan ini.
5. Risiko Kredit di Tengah Tekanan Likuiditas Golabal
Tekanan likuiditas global yang masih tinggi pada triwulan I-2015 turut meningkatkan risiko kredit perbankan umum di Indonesia. Risiko kredit ini meningkat ketika nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mencapai titik keseimbangan baru di level terendah. Seberapa besar risiko kredit yang dihadapi perbankan dan komponen apa saja yang dapat dituangkan dalam kebijakan prioritas pemerintah dan otoritas moneter untuk menekan besaran risiko tersebut?. Penjelasan lebih lengkap dapat dilihat di kajian ini yang bertajuk “Risiko Kredit di Tengah Tekanan Likuiditas Global”. Untuk mendapatkan informasi yang lengkap silahkan klik di sini.
6.Potret Terkini Industri Penerbangan Indonesia
Penggunaan jasa transportasi udara dari 2009 sampai 2013 mengalami pertumbuhan sebesar 16%. Kondisi ini dipengaruhi oleh transformasi preferensi masyarakat untuk menggunakan jasa transportasi udara seiring dengan peningkatan pendapatan per kapita pada 2013. Melihat perkembangan terkini sub-sektor transportasi udara yang semakin diminati, muncul pertanyaan tentang beberapa isu antara lain keselamatan dan keamanan penerbangan di Indonesia. Apakah langkah maskapai penerbangan low cost carrier (LCC) yang menjual tiket murah mempengaruhi keselamatan penerbangan?. Bagaimana kesiapan infrastruktur dalam menghadapi peningkatan jumlah pengguna transportasi udara?. Gambaran selengkapnya bisa dilihat di kajian ini. Silahkan klik di sini.
BIRC adalah divisi yang bertanggung jawab untuk dokumentasi data, olah data, dan kajian di harian Bisnis Indonesia.