Bisnis.com, JAKARTA – Menyusul harga minyak dunia yang kian anjlok hingga menyentuh level di bawah USS30 per barel, Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) diminta mempertimbangkan untuk menghentikan sementara penyaluran subsidi untuk industri biodiesel.
Ekonom Pertanian Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bustanul Arifin mengatakan dengan tingkat harga minyak dunia di level rendah, maka penyaluran subsidi untuk industri biodiesel tidak lagi profitable.
“Kalau harga minyak dunia di kisaran USS30 per barel seperti saat ini, menurut saya ini jadi tidak profitable lagi. Jangan sampai kebijakan pemberian subsidi ini menjadi insentif yang salah,” ujar Bustanul melalui keterangan tertulis, Senin (18/1).
Menurutnya, pengucuran subsidi dari BPDP pada industri biodiesel akan lebih menguntungkan apabila harga minyak dunia berada di kisaran USS80 per barel. Bustanul mengatakan sebaiknya program mandatori B20 tidak kaku dan penyaluran subsidinya dikaji ulang sesuai kondisi harga minyak dunia.
Kian tertekannya harga minyak dunia ke level kisaran USS30 per barel dinilai menyebaban dana subsidi bahan bakar nabati untuk program mandatori B20 yang disalurkan BPDP Kelapa Sawit akan sangat membengkak.
Subsidi biodiesel yang disalurkan BPDP Sawit per liter yaitu Rp3.000. Nilai subsidi tersebut diperoleh dari perhitungan pemerintah dan BPDP Sawit dengan menggunakan asumsi harga minyak mentah dunia di level USS35-USS40 per barel.
Bustanul menyampaikan sebaiknya saat ini BPDP Sawit mulai fokus pada upaya melakukan kampanye positif pad akomoditas kelapa sawit di dunia internasional. Apalagi, belum lama ini Indonesia diterpa kasus kebakaran lahan dan yang kian memperburuk kitra kelapa sawit di dunia internasional.