Bisnis.com, JAKARTA - Wakil Ketua Umum Bidang Sarana dan Prasarana Angkutan Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Sugi Purnoto mengatakan aksi terorisme yang terjadi pekan lalu tak terdeteksi menggunakan kegiatan logistik resmi darat apalagi sampai menyandera para pekerja di sektor ini.
Meskipun demikian, para pengusaha perlu mewaspadai potensi tersebut, terutama jika yang dilakukan melalui penyusupan barang-barang teror melalui angkutan barang ke sejumlah lokasi berbahaya seperti depo bahan bakar minyak (BBM) dan bahan bakar gas (BBG).
"Kalau angkutan barang membawa bahan peledak ke dalam depo Pertamina misalnya, di Tanjung Priok, atau Plumpang, berapa banyak kerugian serta korban? Oleh sebab itu, pengusaha juga pemerintah wajib meningkatkan kualitas pengamanan," terang Sugi, Senin (18/1/2015).
Selain membahayakan stabilitas keamanan di dalam negeri, yang paling mengkhawatirkan bagi Sugi adalah kaburnya investor asing dan domestik dari Indonesia. Jika sejumlah investor perusahaan logistik hengkang, tuturnya, secara makro kondisi bisnis logistik akan terganggu.
"Kalau terror terus menerus tak bisa ditangani, barulah kami khawatir investor kabur akan kabur," jelasnya.
Menurut Sugi, sejauh ini bisnis logistik tak berkarakter langsung seperti halnya bisnis pariwisata. Teror bom tak berpengaruh besar kepada bisnis logistik karena yang melakukan perpindahan adalah barang, bukan individunya. Oleh sebab itu baik investor, pengirim, dan penerima, hanya berdiam di satu tempat dan barang yang dikirimkan akan tiba.
Berbeda dengan sektor pariwisata, yang berpindah adalah turis atau individu. "Jadi jika terjadi aksi seperti Bom Thamrin kemarin tentu saja yang akan mengalami penurunan adalah jumlah wisatawan mancanegara," ucapnya.