Bisnis.com, MALANG - Pemerintah perlu melakukan terobosan program yang signifikan dalam pembangunan peternakan sapi dengan memperkuat dan melestarikan sapi-sapi lokal untuk menghindari kelangkaan daging.
Guru Besar Fisiologi Reproduksi, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga, Sri Pantja Madyawati mengatakan tingginya harga daging sapi yang disebabkan kelangkaan itu mengakibatkan beralihnya pilihan konsumen kepada produk yang lain.
“Padahal, daging sapi memiliki kandungan protein hewani yang dibutuhkan oleh tubuh,” katanya dalam keterangan resminya, Sabtu (16/1/2016).
Pernyataannya itu disampaikan dalam orasi ilmiahnya saat prosesi pengukuhan guru besar berjudul ‘Penguatan Ilmu Fisiologi Reproduksi Veteriner untuk Mempertahankan Diversitas Fauna dalam Mencapai Swasembada Ternak Sapi Indonesia’, di Aula Garuda Mukti, Kantor Manajemen Unair pada hari yang sama.
Sri Pantja Madyawati, Guru Besar ke-444 UNAIR mengungkapkan pada 2009, tingkat konsumsi daging sapi masyarakat Indonesia masih rendah jika dibandingkan dengan negara lain, yakni 1,88 kg per kapita per tahun. Data terakhir pada 2014, tingkat konsumsi daging sapi di Indonesia sebesar 2,56 kg per kapita per tahun.
Oleh karena itu, untuk mendorong tingkat konsumsi daging, dibutuhkan ketersediaan daging yang melimpah di pasaran. Memperbanyak stok daging pada akhirnya akan mempengaruhi harga menjadi lebih terjangkau oleh masyarakat.
Produktivitas dan populasi sapi lokal perlu ditunjang oleh tiga faktor, yaitu breeding (pembiakan), feeding (makanan), dan manajemen.