Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pajak Lampaui Rp1.000 Triliun, Negara Masih Tekor

APBN 2015 dinilai masih tekor karena keseimbangan primer atau selisih antara pendapatan dengan belanja negara diluar pembayaran bunga utang mengalami peningkatan defisit kendati penerimaan pajak sudah melampaui Rp1.000 triliun.
Ilustrasi/Bisnis-Choirul Anam
Ilustrasi/Bisnis-Choirul Anam

Bisnis.com, Jakarta—APBN 2015 dinilai masih tekor karena keseimbangan primer atau selisih antara pendapatan dengan belanja negara diluar pembayaran bunga utang mengalami peningkatan defisit kendati penerimaan pajak sudah melampaui Rp1.000 triliun.

Enny Sri Hartati, Direktur Eksekutif Institute for Development on Economics and Finance (Indef) mengungkapkan realisasi hingga Oktober 2015 menunjukkan defisit keseimbangan primer telah mencapai Rp161,3 triliun. Padahal, pemerintah menargetkan senilai Rp66,8 triliun.

Dia menyebutkan pertumbuhan utang negara pada 2015 mencapai 17%, sementara pertumbuhan penerimaan negara dari pajak di bawah 10%. Seperti diketahui, penerimaan pajak pada 2014 sebesar Rp981,9 triliun dan pada 2015 diklaim mencapai Rp1.005 triliun. Kemudian, tambahan utang untuk belanja pada 2015 mencapai lebih dari Rp500 triliun.

“Ketika penerimaan pajak sudah melampui Rp1.000 triliun tapi ada persoalan lain dimana keseimbangan primer kita defisitnya meningkat, tekornya meningkat,” katanya dalam acara Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia di Jakarta, Kamis (7/1/2016).

 Menurutnya, persoalan utama bukan mengamankan rasio utang, melainkan pengelolaan utang harus produktif. Dia menuturkan sejak era orde baru tambahan utang tidak pernah menambah modal pembangunan.

 Hal itu disebabkan karena jumlah utang yang dibayar oleh negara lebih besar daripada utang baru yang diterima. Dia menuturkan keseimbangan primer kian negatif sejak 2012.

 “Implikasinya ada re-financing, bagaimana kita bisa bayar utang kembali dengan tidak menimbulkan risiko-risiko,” ucap Enny.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper