Bisnis.com, JAKARTA—Kementerian Perindustrian tahun ini akan mengoptimalkan serapan karet alam pada proyek infrastruktur utamanya aspal guna meningkatkan serapan karet lokal serta menjaga harga komoditas yang terus terjerembab.
Panggah Susanto, Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, mengatakan pengoptimalan penggunaan karet alam pada proyek infrastruktur akan meningkatkan serapan karet lokal sebesar 100.000 ton per tahun dari konsumsi saat ini 550.000 ton.
“Jenis karet itu ada dua, alam dan sintetik. Dalam hal ini kita akan mengoptimalkan penggunaan karet alam yang dapat langsung dikonsumsi sebagai campuran aspal. Memang harga aspalnya menjadi lebih tinggi 20%, tetapi kekuatannya jauh meningkat,” ujarnya, Rabu (6/1/2016).
Selain peningkatan serapan pada proyek infrastruktur, Kemenperin juga akan mendorong penggunaan karet alam pada dock fender kapal dan bantalan kereta yang digunakan oleh kementerian dan lembaga terkait.
Penggunaan karet alam pada aspal, lanjutnya, selama ini masih dalam volume yang sangat kecil. Oleh karena itu, untuk serapan dalam skala besar, Kemenperin tengah bekerja sama dengan Balai Penelitian Teknologi Karet (BPTK) Bogor dalam mempersiapkan seluruh aspek penunjang.
“Teknologinya sudah ada, tetapi seluruhnya harus benar-benar teruji. Karena selama ini penggunaan karet dalam aspal masih dalam skala kecil. Kami akan campur aspal dengan karet dalam skala pabrik,” tuturnya.
Sebelumnya, Ketua Umum Dewan Karet Indonesia (Dekarindo) Aziz Pane meminta pemerintah konsisten menjalankan program hilirisasi dengan mengutamakan produk hilir karet lokal ketimbang impor yang terus menggerus utilitas produsen dalam negeri.
Menurutnya, tambahan produksi karet dunia sebanyak 5 juta ton pada 2018-2020 dari Myanmar, Laos, dan Kamboja semakin memperketat persaingan industri karet global serta menjadi ancaman bagi industri karet domestik.
“Harga karet yang sangat rendah saat ini seharusnya menjadi momentum peningkatan daya saing industri karet olahan domestik. Faktanya dari total produksi 3,2 juta ton per tahun, industri dalam negeri hanya menyerap 18%, sisanya diekspor mentah,” tuturnya.