Bisnis.com, SEMARANG - Pengusaha bawang merah memprediksi pasokan bawang merah tahun depan bakal merosot sekitar 40% dari kebutuhan nasional diangka 80.000 ton/bulan seiring terlambatnya musim hujan.
Ketua Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI) Juwari mengatakan pasokan bawang merah saat musim hujan tidak akan maksimal, sehingga mengurangi produksi secara nasional.
Data ABMI menyebutkan panen bawang merah pada Februari hingga April atau saat memasuki musim penghujan hanya diangka 20.000 ton sampai 30.000/bulan. Padahal, kebutuhan bawang merah secara nasional menembus angka 80.000 ton/bulan.
Dia mengatakan penurunan produksi berimbas inflasi ke sejumlah daerah karena bawang merah merupakan komoditas pangan yang diminati oleh masyarakat Indonesia.
“Produksi turun karena permintaan dan pasokan tidak imbang,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (22/12/2015).
Dia berharap peran pemerintah untuk membantu para petani dengan memilih sejumlah daerah yang mempunyai lahan potensi untuk menanam bawang merah.
Di samping itu, lanjut Juwari, petani menginginkan adanya tempat/gudang pendingin (cold storage) yang dibiayai oleh pemerintah. Pasalnya, petani tidak mampu untuk mengeluarkan biaya operasional sebanyak Rp60 juta dengan asumsi menyimpan bawang merah diangka 1.000 ton.
Menyinggung soal itu, Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Jawa Tengah melakukan penandatanganan memorandum of understanding (MoU) kerja sama perdagangan antardaerah untuk komoditas bawang merah dengan Asosiasi Bawah Merah Indonesia (ABMI) di Brebes, Kendal, dan Demak dengan pedagang Pasar Johar Semarang.
Penandatanganan ini merupakan wujud komitmen TPID Jateng dalam mendukung kecukupan bawang merah sekaligus memotong mata rantai perdagangan komoditas itu yang selama ini dinilai belum efisien.