Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi mainan edukatif menyatakan bahwa penjualan melonjak di tiga bulan terakhir 2015, ditopang dengan banyaknya proyek pengadaan baik dari pihak pemerintah maupun swasta.
Ketua Asosiasi Pegiat Mainan Edukatif dan Tradisional Indonesia (APMETI) Danang Sasongko menjelaskan bahwa sejak Oktober, permintaan mainan melonjak dari rerata 20.000 unit per bulan menjadi 80.000 unit per bulan, atau secara nilai membuat omzet bulanan naik menjadi Rp5,6 miliar dari yang biasanya Rp1,4 miliar.
“Tapi ini occasional. Bukan seterusnya seperti ini. Tahun ini juga ada peningkatan dari program-program CSR [corporate social responsibility] perusahaan swasta. Sepertinya sudah mulai banyak kepedulian untuk menyumbang ke PAUD atau TK,” ujarnya kepada Bisnis.com, Kamis (10/12/2015).
Dia mengatakan bahwa peningkatan tersebut membuat stok yang sempat tertahan menjadi habis terjual. Sebelumnya, memang terjadi penurunan pembelian pada kuartal II dan III akibat proyek pemerintah yang belum berjalan.
Lebih lanjut, dia menargetkan industri mainan edukatif dan tradisional bisa tumbuh 20% tahun depan, dengan kondisi produk impor yang semakin sulit masuk akibat penerapan SNI dan pengetatan pengawasan di pelabuhan-pelabuhan.
“Tahun ini tumbuh sekitar 20%, makanya tahun depan setidaknya harus bisa dipertahankan. Dibanding 2014, mainan impor itu sudah berkurang. Kalau dulu mainan impor bisa masuk ke [proyek pengadaan] dinas, sekarang sudah tidak bisa,” katanya.