Bisnis.com, JAKARTA– Pelaku industri kaca lembaran menilai perbaikan pada tahun depan bergantung pada keputusan pemerintah mengenai penurunan harga gas bagi industri yang ditetapkan Januari 2016.
Ketua III Asosiasi Kaca Lembaran dan Pengaman (AKLP) Yustinus Gunawan mengatakan bahwa tahun depan merupakan momen penting dalam menentukan nasib industri tersebut, apakah bisa pulih atau semakin tertekan akibat kalah bersaing dengan produk impor dari China dan negara produsen kaca di Asean.
“Kalau gas bumi bisa turun, setidaknya tahun depan kita bisa bertahan dan pulih. Jadi di 2017 mudah-mudahan bisa meningkat. Jadi 2016 itu masih tahap pertahanan,” ujarnya.
Dia mengatakan kendati tahun ini industri kaca nasional diperkirakan tetap mengalami pertumbuhan nilai sekitar 4,5%-5%, namun secara volume akan mengalami penurunan. Menurutnya, produksi tahun ini maksimal hanya menyentuh 1,2 juta ton, dibandingkan tahun lalu yang bisa tembus 1,3 juta ton.
Yustinus menjelaskan bahwa sesuai dengan hasil pembahasan kolektif oleh Forum Industri Pengguna Gas Bumi, kalangan industriawan nasional sepakat mengusulkan agar harga beli gas di tingkat end user turun US$2/mmbtu.
“Jadi kalau di Jawa Barat sekitar US$9,14/mmbtu, turun jadi US$7,14/mmbtu. Itu yang dibayar oleh industri pengguna. Kalau segini, masih bisa untuk survive menghadapi serbuan Asean dan China,” katanya.