Bisnis.com, JAKARTA—Asosiasi Perusahaan Pengolahan dan Pemurnian Indonesia menyatakan larangan ekspor mineral mentah yang berlaku sejak Januari 2014 tidak menghentikan ekspor komoditas mentah terutama nickel ore ke China hingga tahun ini.
Jonatan Handojo, Ketua Asosiasi Perusahaan Pengolahan dan Pemurnian Indonesia, mengatakan data resmi yang dirilis pemerintah China menyebutkan periode Januari-September 2015 impor nickel ore dari Indonesia mencapai 174.110 ton.
“Kendati angka ini turun 98% dibandingkan tahun sebelumnya, tetapi ini membuktikan larangan ekspor mineral mentah di dalam negeri belum dilakukan dengan ketat. Masih banyak ekspor mineral mentah ilegal yang terjadi,” tuturnya, Rabu (11/11/2015).
Data resmi pemerintah China menunjukkan total impor nickel ore periode Januari-September 2015 mencapai 27 juta ton dengan eksportir terbesar adalah Filipina mencapai 26 juta ton kemudian diikuti Australia sebesar 174.589 ton dan Indonesia.
Dalam periode yang sama, impor refined nickel dan nickel alloy China mencapai 205.594 ton yang didatangkan terbesar dari Rusia dengan 129.179 ton, Canada 20.107 ton, Jepang 11.097 ton sementara dari Indonesia hanya 320 ton.
Adapun pada periode ini Indonesia menjadi eksportir feronikel terbesar ke China dengan jumlah 136.397 ton, jauh lebih tinggi dari New Caledonia 77.817 ton, Jepang 58.952 ton, Myanmar 58.621 ton dan negara lainnya.
Fakta ini, lanjutnya, mencederai semangat penghiliran yang tengah ditempuh oleh sejumlah perusahaan smelter Tanah Air. Pasalnya, sejumlah perusahaan smelter hingga kini masih kesulitan bahan baku akibat turunnya aktivitas tambang seiring pelemahan harga komoditas dunia.
Data yang lebih mengejutkan, lanjutnya, ekspor mineral mentah utamanya bijih nikel juga dikonfirmasi oleh Badan Pusat Statistik. Sepanjang 2014 BPS mencatat ekspor bijih nikel asal Indonesia masuk ke empat negara.
Negara tersebut a.l Jepang dengan volume 80.524 ton, China 3,9 juta ton, Australia 51.170 ton dan Yunani 38.532 ton. Melalui ekspor bijih nikel yang mencapai total 4,1 juta ton ini, Indonesia mendapatkan US$85,91 juta.
Jonatan mengatakan data yang dirilis oleh BPS tidak berbeda jauh dengan yang dirilis pemerintah China yakni sekitar 4 juta ton nickel orepada 2014.
Menurutnya, sebelum pemerintah secara resmi memberlakukan larangan ekspor mineral mentah, China telah membeli 6 juta ton nickel ore ke Indonesia, namun, faktanya sepanjang 2014 impor komoditas ini masih berlangsung.
“Harapannya adalah larangan ekspor mineral berjalan dengan lancar, namun rupanya sulit. Ada banyak pihak yang terlibat dalam ekspor ilegal ini. Data yang dirilis pemerintah China tidak mungkin bohong, karena mereka adalah importir. Kami masih menunggu data BPS 2015,” katanya.