Bisnis.com, TUBAN—Presiden Joko Widodo memerintahkan PT Pertamina (Persero) untuk mengoperasionalkan Kilang Trans-Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) dengan kapasitas penuh pada akhir tahun ini.
Dalam kunjungan kerjanya ke Kilang TPPI, Presiden Jokowi mengatakan saat ini produksi Kilang TPPI telah mencapai 70% dari total kapasitas produksi. Artinya, saat ini kilang tersebut telah memproduksi 42.700 barel Premium per hari, karena memiliki kapasitas produksi 61.000 barel per hari.
“Saat ini produksi kilang TPPI telah mengurangi impor Premium sebanyak 19%, dan kalau digabung dengan RFCC [residual fluid catalytic cracking] Cilacap, maka impor yang bisa dikurangi mencapai 29%,” kata Jokowi di Kompleks Kilang TPPI, Tuban, Rabu (11/11/2015).
Presiden menuturkan dirinya memerintahkan agar Pertamina dapat memanfaatkan kilang tersebut sesuai dengan kapasitas produksinya pada akhir 2015. Dengan begitu, pemerintah dapat mengurangi impor Premium hingga 36% dari yang biasa dilakukan saat ini.
Menurutnya, optimalisasi Kilang TPPI dan RFCC Cilacap dapat menghapuskan impor bahan bakar minyak (BBM) jenis Solar.
Saat ini, impor Solar telah berkurang sekitar 40% dari pengoperasian kedua fasilitas tersebut.
“Nilai penghematan devisa karena pengurangan impor Premium dan Solar mencapai US$2,6 miliar. Ini angka yang besar sekali,” ujarnya.
Presiden juga menuturkan Kompleks Kilang TPPI akan menjadi kompleks industri petrokimia di Indonesia, karena akan dibangun grassroot refinery di dekat wilayah tersebut.
Dengan begitu, seluruh produk yang dihasilkan oleh Kilang TPPI dapat langsung diolah di dalam negeri.
“Ini adalah masa depan industri dasar petrokimia di Indonesia, makanya saya perintahkan jangan berhenti,” ucapnya.
Dia memastikan proses hukum terkait pengadaan kondensat untuk Kilang TPPI akan tetap berjalan tanpa mengganggu operasionalnya.
Pasalnya, kilang yang dibangun pada 1995 tersebut sempat berhenti beroperasi dua kali, karena krisis ekonomi dan persoalan hukum.