Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pengamat: Pendingin Raksasa Tak akan Tuntaskan Volatilitas Harga Bahan Pokok

Pemerintah diminta untuk mempertimbangkan baik-baik rencana pembuatan cold storage berskala besar supaya tidak salah sasaran.
Ilustrasi: Cold storage/pwcold.com
Ilustrasi: Cold storage/pwcold.com

Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah diminta untuk mempertimbangkan baik-baik rencana pembuatan cold storage berskala besar supaya tidak salah sasaran.

Pengamat ekonomi pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) Hermanto Siregar menilai rencana pembangunan cold storage yang akan digunakan untuk mengatasi volatilitas harga bahan pokok oleh Menteri Perdagangan Thomas T. Lembong belum begitu jelas.

Alasannya, terkait jenis komoditasnya, tidak semua bahan pokok memerlukan pendingin raksasa sebagai gudang penyimpanan. Jenis gudang berpendingin tersebut menurutnya hanya cocok untuk komoditas seperti ikan, daging, dan sebagian jenis sayur saja yang cocok menggunakannya.

Sementara biji-bijian atau serealia seperti beras, jagung, maupun kedelai tidak cocok menggunakan cold storage. Penggunaan jenis penyimpanan tersebut, menurutnya justru akan merusak komoditas itu.

“Cukup gudang yang dilengkapi teknologi penyimpanan yang pas, itu yang bagus (untuk biji-bijian atau serealia), bukan cold storage,” kata Hermanto, Jumat (17/9/2015).

Menurutnya, terkait volatilitas harga kebutuhan pokok, permasalahan yang juga sangat penting adalah pengaturan distribusi.

Seharusnya, begitu ada komoditas bahan pokok yang sedang panen raya, hasil panen langsung didistribusikan ke daerah-daerah konsumen sehingga tidak sempat terjadi penumpukan suplai. Dengan demikian harga di daerah produsen tidak akan terlalu rendah.

Persoalannya, seringkali setelah panen raya dan masa setelah panen raya, komoditas tersebut masih menumpuk di daerah produksi, sehingga harga pasti anjlok.

Walaupun tanpa cold storage, jika pengaturan distribusi dilakukan dengan cepat, hal tersebut bisa menyelesaikan permasalahan volatilitas.

Karena setiap komoditas bahan pokok memiliki karakteristik yang berbeda-beda, maka harus ada pemetaan yang jelas terhadap permasahalan yang dihadapi dan langkah penyelesaiannya masing-masing.

“Ini bukan karena punya duit, terus langsung bangun. Diisi apa, belakangan. Ujung-ujungnya kalau dipaksakan, dibangun sembarangan tau-tau tidak terpakai, sayang uang dua-tiga triliun.”

Dengan jumlah anggaran tersebut, menurutnya lebih pas digunakan untuk menggunakan infrastruktur pedesaan di daerah pertanian terkait. Selama ini banyak daerah produksi pertanian yang infrastruktur jalannya sangat buruk sehingga menyebabkan biaya transportasi menjadi sangat mahal.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Muhammad Avisena

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper