Bisnis.com, MANADO--Selandia Baru mulai menjajaki kerja sama dengan Pemerintah Sulawesi Utara dalam bidang peternakan sapi dan pengembangan energi panas bumi.
Sesuai keterangan resmi yang diterima Bisnis pada Minggu (9/8/2015), Duta Besar Selandia Baru untuk Indonesia DR Trevor Matheson melakukan kunjungan perdananya ke Sulut.
“Saya menyambut baik kedatangan DR Trevor Matheson. Ini merupakan bentuk kepercayaan dari negara asing bahwa Sulut mempunyai potensi besar untuk membangun kerjasama dalam berbagai bidang,” ucap Gubernur Sulut Sinyo Harry Sarundajang di Manado.
Dalam pertemuan tersebut, pemerintah Provinsi Sulut dan pemerintah Selandia Baru mendiskusikan beberapa hal mengenai hubungan kerjasama antara kedua negara, khususnya di bidang peternakan sapi dan pengembangan energi panas bumi (geotermal) di Lahendong, Tomohon.
Saat ini, menurut Sinyo, pemerintah Selandia akan melakukan survei ke peternakan sapi yang ada di Sulut untuk melihat potensi peternakan susu sapi.
Untuk pengembangan energi gheotermal, Selandia Baru berencana menjalin kerja sama dengan pemerintah Indonesia dengan membuka pusat pendidikan gheotermal yang ada di Linow.
Seperti diketahui, Linow merupakan lokasi diselenggarakannya The First Indonesian Gheotermal Festival.
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor nonmigas Sulut mencapai US$105,27 juta pada Juni 2015, atau turun 23,1% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Komoditas lemak dan minyak hewan/nabati masih menjadi penyumbang terbesar ekspor provinsi Sulut dengan nilai US$68,04 juta per Juni 2015.
Adapun, tiga besar tujuan ekspor Sulut antara lain Amerika Serikat dengan nilai US$29,27 juta, Belanda US$26,27 juta, dan Singapura US$16,26 juta.
Sebaliknya, nilai impor Sulut justru mencatatkan penurunan hingga 15,71% menjadi US$3,02 juta. Tiga negara tujuan impor Sulut adalah Australia, China, dan Filipina.
Secara ringkas, neraca perdagangan Provinsi Sulut masih membukukan surplus senilai US$102,25 juta pada Juni tahun ini.