Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonom: Laju Pertumbuhan Kuartal Kedua Maksimal 4,8%

Ekonom berpendapat laju pertumbuhan ekonomi pada kurtal kedua 2015 tidak akan jauh berbeda dari kuartal sebelumnya.nn
Menteri Keuangan Bambang PS Brodjonegoro (kanan) didampingi Dirjen Anggaran Askolani menyampaikan penjelasan mengenai kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal 2016 kepada wartawan di Jakarta, Kamis (28/5). Rencana kerja pemerintah pada 2016 diarahkan untuk mempercepat pembangunan infrastruktur guna memperkuat fondasi pembangunan yang berkualitas, sesuai visi Nawacita, dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi 5,8-6,2%. /ANTARA
Menteri Keuangan Bambang PS Brodjonegoro (kanan) didampingi Dirjen Anggaran Askolani menyampaikan penjelasan mengenai kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal 2016 kepada wartawan di Jakarta, Kamis (28/5). Rencana kerja pemerintah pada 2016 diarahkan untuk mempercepat pembangunan infrastruktur guna memperkuat fondasi pembangunan yang berkualitas, sesuai visi Nawacita, dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi 5,8-6,2%. /ANTARA

Bisnis.com, JAKARTA -- Ekonom berpendapat laju pertumbuhan ekonomi pada kurtal kedua 2015 tidak akan jauh berbeda dari kuartal sebelumnya.

Chief Economist Bank Danamon Anton Hendranata menyatakan penyebab utama dari perlambatan pertumnuhan adalah kelambanan belanja modal pemerintah pada periode itu.

"Kalaupun bisa tumbuh 4,8% kuartal dua, itu sudah bagus," katanya, Rabu (15/7/2015) malam.

Dia mengatakan pemerintah yang menggunakan alasan perubahan nomenklatur sebagai faktor terlambatnya penyerapan belanja justru dipandang negatif oleh pasar.

"Karena, kinerja kementerian yang tidak berubah nomenklatur tidak lebih bagus ketimbang kementerian yang berubah nomenklaturnya. Ini yang dilihat sebagai something's wrong oleh pasar," ujarnya.

Untuk itu, Anton meminta pemerintah mengambil pelajaran dalam soal perencanaan penetapan target untuk tahun-tahun mendatang.

"Pemerintah mestinya lebih realistis, karena kalau target ketinggian dan gagal dicapai, pemerintah jadi tidak kredibel," tutur Anton.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Arys Aditya
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper