Bisnis.com, JAKARTA - China, Jepang dan Singapura tetap menjadi tiga negara yang menjadi eksportir aneka komoditas nonmigas ke Indonesia pada paruh pertama tahun ini dengan pangsa total 49,43%.
Badan Pusat Statistik melaporkan ekspor China ke Indonesia tercatat pada semester I/2015 mencapai US$14,71 miliar atau 24,71% dari keseluruhan impor, Jepang US$7,18 miliar setara 17,80% dan Singapura 6,92% yaitu US$4,21 miliar.
Sementara itu, sembilan negara di Asean mencatatkan ekspor ke Indonesia sebesar US$13,09 miliar atau menguasai pangsa pasar 21,52%, dan Uni Eropa tercatat hanya US%5,67 miliar atau 9,33%.
"Impor dari Jepang kebanyakan adalah mesin, peralatan listrik, kendaraan, besi dan baja. Ini sejalan dengan tujuan pembangunan infrastruktur pemerintah," kata Kepala BPS Suryamin, Rabu (15/7/2015).
Menurut kelompok barang diimpor, barang bahan baku masih menguasai 75,59% setara US$55,88 miliar, atau turun dari posisi tahun lalu US$68,80 miliar. Barang modal 17,08% atau US$12,63 miliar dan sisanya adalah barang konsumsi senilai US$5,42 miliar.
Dari sisi ekspor, Amerika Serikat, Jepang dan China tetap menjadi tiga negara terbesar tujuan ekspor Indonesia pada semester pertama 2015.
AS mencatatkan US$7,83 miliar (pangsa 11,47%), turun 0,87% yoy dari semester I/2014. Barang-barang yang diekspor antara lain pakaian jadi, alas kaki, reaktor nuklir, coffeemaker, kayu, barang dari kertas dan kakao.
Jepang menyumbangkan 9,84% senilai US$6,72 miliar, turun 5,42% yoy, dengan komoditas ekspor adalah bijih besi, mutiara, pakan jadi dan alas kaki.
Untuk ekspor China, barang-barang seperti pulp, biji logam, katun, tembaga, alas kaki, besi, baja masih menjadi andalan dan ekspor ke Negeri Panda ini menyumbangkan 9,73% (US$6,65 miliar) dari total ekspor Indonesia.
Negara-negara di Uni Eropa berkontribusi 11,23% yakni US$7,67 miliar, sedangkan ekspor ke para tetangga di Asean melandai 4,79% dari tahun lalu ke US$13,81 miliar.
Secara sektoral, manufaktur menjadi penyumbang terbesar meskipun turun level dari tahun lalu yaitu 66,54% atau US$55,35 miliar dari pencapaian 2014 yakni US$59,11 miliar dengan pangsa 70,7%, disusul oleh pertanian, pertambangan dan migas.