Bisnis.com, JAKARTA--Seluruh pemangku kepentingan dalam proyek pabrik Pupuk Kujang 1C di Bojonegoro sepakat membawa kasus ketidaksepakatan harga gas dari PT Pertamina EP Cepu ke dalam rapat Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.
Saleh Husin, Menteri Perindustrian, mengatakan PT Pabrik Pupuk Kujang IC (PKC) tidak sepakat dengan harga gas yang ditawarkan oleh PT Pertamina EP Cepu (PEPC) senilai US$8 per million metric british thermal unit (MMbtu) dengan eskalasi 3% per tahun terhitung sejak 2012.
Pupuk Kujang minta harga gas US$7 per MMbtu dengan eskalasi 2% per tahun terhitung sejak gas mulai digunakan. Dalam rapat terdapat opsi eskalasi 2% tetapi terhitung sejak 2012. Nanti ESDM yang akan menyelesaikan perhitungannya, ujarnya, Senin (13/7/2015).
Menurutnya, Kemenperin menginginkan harga gas yang diberikan kepada sektor industri dapat ditekan rendah sehingga daya saing industri nasional dapat meningkat.
Negara jangan hanya melihat penerimaan dengan menjual gas tinggi, namun melihat efek ganda yang ditimbulkan jika harga gas bersaing dengan negara lain.
Harjanto, Direktur Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka Kemenperin, mengatakan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral akan mengajukan surat kepada Kemenko Bidang Perekonomian terkait pemberian subsidi harga gas untuk pabrik Pupuk Kujang.
Telah kami hitung dengan subsidi US$1 per MMbtu penerimaan negara dari gas untuk pabrik Pupuk Kujang hilang Rp8,15 triliun.
Namun, pendapatan dari PPh badan dan pajak lainnya mencapai Rp12 triliun per tahun serta menguatkan ketahanan pangan dan industri makanan nasional, katanya.
Menurutnya, pabrik dengan investasi Rp3 triliun dan sesuai dengan amanat Inpres No. 2/2010 tentang Revitalisasi Industri Pupuk ini membutuhkan pasokan gas 85 MMscfd dan berkapasitas produksi 907.500 ton per tahun dan menggantikan Kujang 1A.
Dengan produksi tersebut dapat memperkuat produksi pupuk nasional yang saat ini berkapasitas 8,8 juta ton dan yang beroperasi 7,7 juta ton per tahun.
Pabrik ini memiliki peran strategis dalam memenuhi kebutuhan pupuk Urea di Jawa Tengah dan Timur yang selama ini dikirim dari Bontang dan Sumatra Selatan.
Dengan kebutuhan lahan 50 hektare, Pupuk Kujang telah menyiapkan lahan hutan pengganti seluas 200 ha atau lebih tinggi dari rasio ideal penggantian atasi industri pupuk yakni 1:2. Selain itu, pabrik ini akan menggunakan teknologi baru hemat energi.
Dengan teknologi baru, pabrik Pupuk Kujak 1C akan memproduksi satu ton pupuk Urea menggunakan gas 26 MMbtu. Sementara pada pabrik pupuk lainnya satu ton pupuk Urea dihasilkan menggunakan gas 34 MMbtu.
Pabrik ini efisien. Selama ini subsidi gas dikatakan berisiko jika pabrik yang menggunakannya tidak efisien.
Tetapi, pabrik Pupuk Kujang ini layak diberi subsidi karena sangat efisien. Kami harap penetapan subsidi di Kemenko Bidang Perekonomian dalam berlangsung cepat, tuturnya.