Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Joko Widodo akan meresmikan peletakan batu perdana pembangunan proyek pelabuhan di Sorong, Papua seluas 7.000 hektare pada Juli 2015.
Jokowi menuturkan potensi dan kekayaan sumber daya alam di Indonesia Timur sangat besar. Infrastruktur merupakan kunci utama untuk mengakses potensi tersebut.
Pada pekan lalu, Jokowi memulai ground breaking proyek Pelabuhan Baru Makassar. Bagian dari mega proyek tol laut itu akan berlanjut dengan pembangunan Pelabuhan Baru Sorong dan revitalisasi sejumlah pelabuhan kecil antara lain Pelabuhan Kendari, Ambon, Sorong, Bitung, Merauke, Fakfak, Tarakan dan Ternate.
"Juli saya juga akan mulai pelabuhan besar di Sorong. Bukan pelabuhan lama, geser sekitar 30 km dengan luasan kurang lebih 7.000 hektare," tuturnya dalam Trade & Investment Forum yang digelar Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Koordinator Wilayah Timur, Senin (25/5/2015).
Di dalam kawasan pelabuhan seluas 7.000 Ha, lanjutnya, pemerintah akan membangun zona industri dan pembangkit listrik yang terintegrasi. Dengan pembangunan infrastruktur tersebut, Jokowi optimistis Indonesia Timur akan berkembang dengan lebih cepat dan lebih baik.
Pelabuhan Baru Sorong merupakan bagian dari enam pelabuhan besar yang digagas untuk menghidupkan kembali ekonomi maritim nasional. Selain Pelabuhan Sorong ada pula Pelabuhan Kuala Tanjung, Pelabuhan Belawan, Pelabuhan Tanjung Priok, Pelabuhan Tanjung Perak, dan Pelabuhan Makassar.
Dengan pembangunan Pelabuhan Sorong, Jokowi berharap kapal-kapal besar bisa merapat di Pulau Cendrawasih dan memperlancar arus barang dari dan ke Papua. Pembangunan akan digarap oleh salah satu perusahaan BUMN, PT Pelabuhan Indonesia (Persero) IV.
"Saya meyakini tol laut selesai dalam 3-4 tahun. Pelabuhan besar Kuala Tanjung, Tanjung Priok, Tanjung Perak, Makassar, Sorong standarnya sama, kapal besar semua bisa merapat. Percuma dibangun di Timur kalau kapal besar tidak bisa merapat, hanya maju mundur di sini [Indonesia Barat]," katanya.
Jokowi berharap dengan pembangunan tol laut, biaya logistik dan transportasi barang akan turun. Ujungnya, industri dan produksi nasional lebih kompetitif.