Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Kelompok Bank Dunia Jim Yong Kim menjawab kritik yang disampaikan Presiden Joko Widodo dalam Konferensi Asia Afrika. Kim memastikan lembaga keuangan multilateral ini telah berubah dan tidak akan mendikte arah kebijakan pembangunan negara-negara anggotanya.
Seusai bertemu dengan Presiden Jokowi, Kim menilai kritik terhadap Bank Dunia merupakan hal yang wajar. Saat menjadi aktivis pada 20 tahun lalu, Kim pun sempat menjadi aktivis gerakan "50 tahun adalah cukup". Gerakan yang menuntut ditutupnya Bank Dunia pada peringatan hari jadinya yang ke-50.
Saat itu, Kim memprotes Grup Bank Dunia lantaran dinilai terlalu fokus pada target pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) dan tidak punya fokus yang cukup pada investasi sumber daya manusia melalui pendidikan.
"Jadi saya juga seorang yang memprotes Kelompok Bank Dunia," kata Kim di Kantor Presiden, Rabu (20/5/2015).
Kim menegaskan sejak memimpin Bank Dunia pada 16 April 2012, dirinya menggagas perubahan di dalam lembaga keuangan internasional yang anggotanya kini mencapai 188 negara. Diskusi yang saat ini terjadi di jajaran Direksi Grup Bank Dunia dinilai Kim sebagai diskusi yang sangat rumit dan sensitif.
"Jadi saya bilang ke Presiden Widodo bahwa Grup Bank Dunia telah berubah banyak dalam 20 tahun terakhir. Saya paham dengan sangat spesifik bahwa institusi yang dibentuk pada akhir Perang Dunia ke-2 ini harus bergerak dan berkembang menuju refleksi yang sesuai dengan kondisi alamiah dunia," ujar pria kelahiran Seoul, Korea Selatan ini.
Kendati mengucurkan pendanaan melalui utang, Kim memastikan Bank Dunia tidak akan mendikte arah kebijakan dan pembangunan negara anggotanya. Lembaga Keuangan multilateral diakui sangat rumit tetapi powerful.
"Kami tahu bahwa dunia berubah, kami tahu bahwa organisasi harus berkembang, dan saya katakan kepada Beliau bahwa semua perubahan yang saya lakukan di organisasi ini dalam 2,5 tahun terakhir tidak banyak dimengerti. Kami berubah menuju apa yang kami pikir lebih baik dan akan sangat membantu Indonesia," tutur pakar Antropologi Universitas Harvard ini.
Kritik terhadap lembaga keuangan internasional sempat dilontarkan Jokowi dalam pidato pembukaan Konferensi Tingkat Tinggi Asia Afrika akhir April lalu. Jokowi menuturkan dunia perlu membangun tatanan ekonomi baru yang terbuka bagi kekuatan-kekuatan ekonomi baru.
"Pandangan yang mengatakan bahwa persoalan ekonomi dunia hanya dapat diselesaikan oleh Bank Dunia, IMF, ADB, adalah pandangan usang yang perlu dibuang. Saya berpendirian pengelolaan ekonomi dunia tidak bisa hanya diserahkan pada tiga lembaga keuangan internasional itu," katanya, Rabu (22/4/2015).
Jokowi juga mendesak dilakukannya reformasi arsitektur keuangan global untuk menghilangkan dominasi kelompok negara atas negara-negara lain.