Bisnis.com, JAKARTA - Industri baja nasional diprediksi akan tetap lesu pada kuartal kedua tahun ini, melanjutkan penurunan sejak akhir tahun lalu.
Chairman Indonesian Iron & Steel Industry Association (IISIA) Irvan Kamal Hakim menjelaskan selain penurunan harga baja global selama tiga tahun belakangan serta nilai tukar rupiah yang anjlok, tantangan lain di tahun ini adalah masa Ramadan dan lebaran pada kuartal kedua.
“Kuartal satu memang tidak pernah sama dengan kuartal dua karena ada pelemahan permintaan dari akhir tahun. Kuartal dua naik hingga kuartal tiga, kemudian turun lagi di akhir tahun,” jelas Irvan, Selasa (5/5/2015).
Dia mengatakan tren kurva tersebut tidak akan berlaku tahun ini dengan adanya bulan puasa dan Lebaran di tengah tahun yang mengakibatkan turunnya permintaan.
Sepanjang kuartal pertama, Irvan mengatakan industri baja hulu jatuh sekitar 50% dibandingkan dengan kuartal yang sama tahun lalu.
“Angka statistik baru keluar akhir Mei. Biasanya memang setelah dua bulan baru tahu,” ujarnya.
Terkait dengan paket proyek infrastruktur yang digalakkan pemerintah, Irvan beranggapan tidak akan membantu industri baja secara signifikan.
“Proyek infrastruktur juga belum jalan. Sekarang sudah Mei. Dengan proses tender, pengadaan dan sebagainya, serapan tahun ini jadi berapa angkanya?” kata Irvan.
Dia mengatakan pertumbuhan ekonomi memerlukan sekitar Rp6.000 triliun. Sementara itu, sektor yang dicakup pemerintah hanya berkisar Rp1.600 triliun dan sisanya sebesar Rp4.400 triliun harus mengandalkan sektor privat, yang berhadapan dengan tantangan tersendiri.