Bisnis.com, TANGERANG -- Biaya investasi penggilingan padi modern empat kali lipat lebih mahal ketimbang tradisional. Kendati demikian, untuk jangka panjang penggilingan modern dinilai lebih efisien terutama dari segi biaya tenaga kerja.
“Sekarang ini dari sekitar 180.000 penggilingan padi di Indonesia baru 30% yang modern, lainnya massih manual,” ucap Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir kepada Bisnis, akhir pekan ini.
Untuk memproduksi beras kualitas premium membutuhkan fasilitas pengilingan modern. Dengan kata lain dalam pengoperasianya menggunakan sistem yang terkomputerisasi. Penggilingan modern bahkan bisa menghasilkan beras premium dari padi yang kualitasnya tidak terlalu baik.
Perbedaan dasar antara tradisional dan modern terletak pada sistem pengoperasian. Penggilingan modern sudah terkomputerisasi tetapi saat sistem komputer terganggu seluruh proses berhenti. Bagi penggilian manual meski produktivitasnya terbatas tetapi tatkala satu bagian terkendala, yang lain tetap beroperasi.
Mengingat sistemnya sudah berbasis komputer maka penggilingan modern lebih mudah dalam menentukan tingkat kualitas beras. Hal ini bisa meningkatkan potensi ekspor karena kualitas beras antardaerah bisa disamakan.
“Kalau mau bikin beras yang broken-nya 15% - 20% maka komputernya tinggal diatur. Sangat berbeda dihasil produksinya,” ucap Winarno.
Penggilingan padi manual rerata skalanya kecil setara 5 ton – 7 ton per hari. Ada juga yang mampu menghasilkan 10 ton – 20 ton per hari. Tapi fasilitas modern bisa menggiling 30 ton sampai 50 ton padi setiap hari.